Dari Tangier ke Bali, Liburan Raja Salman

Liburan Raja Salman

Alkisah, konon Raja Hassan II mengajak Raja Faisal bin Abdulaziz saat berkunjung ke Maroko pada 1960-an untuk berjalan-jalan ke kota Tangier. Raja Faisal saat itu langsung terpikat dengan pemandangan eksotik kota Tangier.

Keluarga Raja Arab Saudi pun membangun istana peristirahatan yang megah di kota Tangier.

Nama Pulau Bali mendadak menghiasi halaman beberapa media di Timur Tengah menyusul agenda Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz yang akan berlibur di Pulau Dewata selama enam hari, 4-9 Maret nanti.

Nama Bali pun layak disandingkan dengan nama besar kota Tangier di Maroko, yang dikenal menjadi tempat peristirahatan musim panas raja-raja Arab Saudi sejak era 1960-an hingga saat ini.

Nama kota Tangier di Maroko barat laut, sekitar 217 kilometer arah barat laut ibu kota Rabat, sejak itu selalu lekat dengan keluarga Raja Arab Saudi.

Kota itu dikenal menjadi tempat peristirahatan musim panas Raja Arab Saudi dan keluarganya sejak era Raja Faisal bin Abdulaziz (1964-1975) hingga Raja Salman sekarang ini.

Kota Tangier terletak di gugusan perbukitan kecil dan bertepi ke laut yang menjadi titik temu Laut Atlantik dan Laut Tengah. Pemandangannya sangat memikat raja-raja Arab Saudi dan keluarganya.

Dari gugusan perbukitan kota Tangier, mereka bisa melihat pemandangan dua laut eksotik sekaligus, yaitu Laut Atlantik dan Laut Tengah, yang tidak mereka peroleh di tempat lain mana pun.

Dari kota Tangier pula, mereka bisa menatap dari kejauhan negeri Spanyol di Eropa. Kota Tangier dan Spanyol hanya dipisah oleh selat sempit, Selat Gibraltar.

Kota Tangier pun menjadi salah satu obyek wisata eksotik populer di Maroko, selain kota Marrakech dan Agadir.

Pesona Bali sesungguhnya tidak kalah dengan Tangier. Bali dikenal memiliki segalanya: pesona pantai, perbukitan, dan budaya.

Sungguh beruntung Pulau Bali dipilih menjadi tempat liburan Raja Salman dan rombongannya, yang mencapai sekitar 1.500 orang.

Bali pun menjadi tempat wisata pertama di Asia yang dikunjungi Raja Arab Saudi. Ini tradisi baru bagi Raja Arab Saudi dan keluarganya yang memilih sebuah tempat wisata di Asia Tenggara sebagai tempat liburan mereka.

Terpilihnya Bali sebagai tempat liburan Raja Salman juga bisa menjadi peluang meningkatkan kunjungan turis dari Arab Saudi dan negara Arab pada umumnya yang selama ini jumlahnya masih sedikit.

Hingga akhir 2016, tercatat jumlah kunjungan turis Arab Saudi ke Bali hanya 46.000 orang. Padahal, potensi wisatawan asal Arab Saudi sangatlah besar.

Menurut Badan Urusan Pariwisata dan Khazanah Nasional Arab Saudi, rakyat negara itu menghabiskan dana sekitar 30 miliar dollar AS pada 2015 untuk belanja wisata di luar negeri.

Sebagian besar wisatawan Arab Saudi memilih negara-negara Eropa, Maroko, Tunisia, dan Turki sebagai tempat liburan mereka.

Di Asia, sebagian besar wisatawan Arab Saudi selama ini memilih Malaysia dan Thailand sebagai tempat tujuan wisata mereka.

Maroko kini dikunjungi sekitar 10 juta wisatawan setiap tahun dan menjadi sumber devisa terbesar kedua di negara tersebut setelah fosfat.

Kehadiran Raja Salman di Bali merupakan kesempatan emas bagi Pemerintah Indonesia, persisnya Kementerian Pariwisata, untuk memasarkan potensi wisata Bali ke Arab Saudi dan negara-negara Arab di kawasan Teluk lainnya dalam upaya menarik wisatawan ataupun investor.

Pengalaman Maroko bisa ditiru Indonesia dalam keberhasilan menarik wisatawan ataupun investor dari negara-negara Arab Teluk (GCC).

GCC, termasuk Arab Saudi, menjanjikan paket investasi senilai 120 miliar dollar AS di berbagai sektor, termasuk wisata, kepada Maroko hingga tahun 2024.