Dugaan Pemaksaan Pilih Anies-Sandi Agar Jenazah Disalatkan Dilaporkan ke Polisi

Dugaan Pemaksaan Pilih Anies-Sandi Agar Jenazah Disalatkan Dilaporkan ke Polisi

Dugaan Pemaksaan Pilih Anies-Sandi Agar Jenazah Disalatkan Dilaporkan ke Polisi

Kasus warga yang dipaksa melakukan tanda tangan surat pernyataan untuk memilih pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno di Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, dilaporkan ke Polsek Kebayoran Lama.
Hal itu dilakukan karena dianggap sudah melanggar hukum. Sebelumnya, warga RT 05/02 Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama, mengaku dipaksa melakukan tanda tangan, agar jenazah keluarganya bisa disalatkan di masjid dekat rumah.

Dugaan Pemaksaan Pilih Anies-Sandi Agar Jenazah Disalatkan Dilaporkan ke Polisi
“Kasus tersebut sudah diserahkan ke Polsek,” kata Lurah Pondok Pinang Hendi Nopriandi saat dihubungi Warta Kota, Minggu (12/3/2017).
Dia mengatakan, untuk menyelidiki kasus tersebut, polisi sudah memeriksa beberapa saksi, seperti ketua RT dan ketua RW di lokasi itu.
“RT dan RW sudah di BAP (Berita Acara Pemeriksaan) kemarin malam di polsek,” ujar Hendi.
Diberitakan sebelumnya, Yoyo Sudaryo (56), warga RT 05/02 Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama, terpaksa menandatangani surat pernyataan untuk memilih pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, pada pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta putaran dua, bulan depan.
Hal itu wajib dilakukan Yoyo jika ingin jenazah mertuanya, Siti Rohbaniah (80), disalatkan oleh pengurus salah satu masjid di Pondok Pinang.
Yoyo dan keluarganya dituding sebagai pendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat. Saat ditemui wartawan, Yoyo bercerita, pada Rabu (8/3/2017) malam sang ibu mertua meninggal dunia karena sakit.
Esok harinya, keluarga kesulitan menyalatkan jenazah, karena pengurus masjid tidak mau mengurusnya. Jenazah baru disalatkan pada Kamis (9/3/2017) siang, setelah Yoyo terpaksa menandatangani surat pernyataan yang disodorkan Ketua RT 05 Makmun Ahyar. Itu pun setelah jenazah terbengkalai sekitar satu jam.
“Rabu malam, saya punya ibu (mertua) meninggal. Lalu saya lapor ke tetangga, ke Ketua RT. Awalnya enggak ada masalah yang buat saya bimbang. Ketua RT-nya juga kenal saya dengan baik,” ungkap Yoyo di rumahnya, Jumat (10/3/2017).
“Kamis pagi, udah rapi mau dikafani, dimandiin, enggak ada masalah. Siangnya, pas mau disalatin, saya disuruh tanda tangan, yang bikin tulisannya Pak RT. Isinya bahwa saya berjanji akan mendukung pasangan Anies-Sandi di putaran dua nanti. Ada meterainya juga,” beber Yoyo.
Yoyo mengatakan, surat pernyataan tersebut tidak diketik, melainkan hanya berupa tulisan tangan di atas selembar kertas. Karena tak tega jenazah sang ibu mertua terbengkalai, dia pun akhirnya membubuhkan tanda tangan di atas selembar kertas itu.
“Awalnya sih, saya enggak curiga, lagi kesusahan enggak nyangka enggak mau disalatin. Menurut saya mau pilih siapa itu urusan saya sama Tuhan. Tapi yang penting ibu saya disalatin,” bilang Yoyo.
Beberapa saat setelah Yoyo mengguratkan tandatangannya, barulah jenazah ibu mertuanya disalatkan dan akhirnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir.
Kata Yoyo, sebenarnya dia dan keluarganya tidak pernah mengungkapkan mendukung pasangan calon tertentu. Bahkan, sang ibu mertua tidak ikut memilih dalam putaran pertama 15 Februari lalu karena sudah uzur.
“Saya dari dulu siapa pun gubernurnya kampanye enggak pernah ikut, tempel poster juga enggak. Bahkan, saya menolak ada poster pasangan mana pun di rumah saya. Makanya saya heran sampai begini,” bebernya.

 

Sumber berita Dugaan Pemaksaan Pilih Anies-Sandi Agar Jenazah Disalatkan Dilaporkan ke Polisi : tribunnews.com