Indra Piliang Dan Tweet nya Sebelum Diciduk Terkait Narkoba
Politikus Golkar Indra Jaya Piliang diciduk aparat Direktorat Reserse Narkotika Polda Metro Jaya di sebuah tempat karaoke di Taman Sari, Jakarta Barat.
Penangkapan terjadi pada Rabu (13/9) malam kemarin. Polisi menyita satu set bong dan cangkong bekas pakai serta satu plastik kosong diduga bekas tempat menyimpan narkoba.
Saat ditangkap, Indra tidak sendiri. Indra ditangkap bersama rekannya Romi Fernando dan M Ismail Jamani.
Indra J Piliang dikenal aktif di media sosial salah satunya Twitter. Dalam 24 jam terakhir, ada sederet tweet yang dicuitkan Indra Piliang.
Pada Rabu (13/9), Indra sempat mencuit soal hasil survei CSIS terkait kepercayaan terhadap DPR yang rendah. Dia juga berkomentar soal Presiden Joko Widodo yang melepas bantuan tahap pertama untuk pengungsi Rohingya.
“(( Tahap Pertama )) Sebelum ini baru Tahap Wacana. Negara tetangga sdh kirimkan tentaranya dlm misi perdamaian,” cuit Indra pada pukul 13.32 WIB.
Dua peneliti asal Minang inilah yg membuat sy yakin dg kredibilitas hasil riset CSIS. Colek @Radja_Nusantara @damnoise https://t.co/ioRcLIWfb5
— Golkar Jakarta II ποΈππ« (@IndraJPiliang) September 13, 2017
(( Tahap Pertama )) Sebelum ini baru Tahap Wacana. Negara tetangga sdh kirimkan tentaranya dlm misi perdamaian. https://t.co/wmPZLtd3X7
— Golkar Jakarta II ποΈππ« (@IndraJPiliang) September 13, 2017
Indra lalu mencuit soal pencabutan SK badan hukum Perkumpulan Iluni UI. Dia juga me-retweet berbagai komentar soal hal itu.
Anggota Dewan Pakar Golkar ini kemudian bicara soal legislator yang berani bersuara dan yang diam. Dia mengatakan bahwa politikus yang banyak bicara lebih tidak disukai. Berikut tweet-tweetnya:
Legislator yg bersuara apa adanya, ternyata lbh tak disukai & bisa jd bakal dikadukan ke polisi, dibanding yg diam2 sj spt Ken Dedes.
Barangkali, suatu hari nanti, publik lbh memilih u/ votes batu2, candi2, atau kecapi, drpd nama2 org yg dikenal lantang bicara korsa.
Keanehan2 dlm demokrasi terus terjadi. Anda bercakap & bercakaran scr pribadi di WA, ujung2nya bukan belati, tp ktr polisi. Anda sehat?
Kemenkumham mencabut keputusannya sendiri ttg Perkumpulan ILUNI UI. Baca elok2. Demikian. Cc @ksmepui pic.twitter.com/msQ2tU464Z
— Golkar Jakarta II ποΈππ« (@IndraJPiliang) September 13, 2017
Legislator yg bersuara apa adanya, ternyata lbh tak disukai & bisa jd bakal dikadukan ke polisi, dibanding yg diam2 sj spt Ken Dedes.
— Golkar Jakarta II ποΈππ« (@IndraJPiliang) September 13, 2017
Barangkali, suatu hari nanti, publik lbh memilih u/ votes batu2, candi2, atau kecapi, drpd nama2 org yg dikenal lantang bicara korsa.
— Golkar Jakarta II ποΈππ« (@IndraJPiliang) September 13, 2017
Keanehan2 dlm demokrasi terus terjadi. Anda bercakap & bercakaran scr pribadi di WA, ujung2nya bukan belati, tp ktr polisi. Anda sehat?
— Golkar Jakarta II ποΈππ« (@IndraJPiliang) September 13, 2017
Sjk kpn bicara pribadi berujung kpd ktr polisi? Apakah anda memang menyiapkan belati pd ujung jari, dg nama kuku? Itu namanya cubit2an.
Tonasi, intonasi, amplifikasi, implikasi, simplikasi dan ujung2nya adalah nasi uduk di ujung gang; adlh bagian dari komunikasi dewasa ini.
Bagi aktivis2 kelompok studi yg pernah diskusi selama berhari-hari, berdebat panjang lebar dg seduhan kopi; debat apapun adlh mustahak.
Kedangkalan nalar bisa langsung terlihat, ketika dlm setiap debat, atau ketika debat terhenti; anda emosi hanya krn lupa menyelipkan puisi.
Aktivis2 klpk studi boleh saja tampil kekurangan gizi, tp tak bakalan gemeretuk giginya, ketika mendengar perbedaan2 pandang di meja diskusi
Pabrifikasi dari aksara dlm bentuk meme2an dewasa ini bagai palu dogam yg menghantam dada demokrasi, krn dianggap sbg biang onar & gaduh.
Bagi generasi yg pernah terlibat — mungkin jg selibat — sbg milisi2 (org2 mailing list) dlm era yahoogroups; segala emosi telah mati.
Sjk kpn bicara pribadi berujung kpd ktr polisi? Apakah anda memang menyiapkan belati pd ujung jari, dg nama kuku? Itu namanya cubit2an.
— Golkar Jakarta II ποΈππ« (@IndraJPiliang) September 13, 2017
Tonasi, intonasi, amplifikasi, implikasi, simplikasi dan ujung2nya adalah nasi uduk di ujung gang; adlh bagian dari komunikasi dewasa ini.
— Golkar Jakarta II ποΈππ« (@IndraJPiliang) September 13, 2017
Bagi aktivis2 kelompok studi yg pernah diskusi selama berhari-hari, berdebat panjang lebar dg seduhan kopi; debat apapun adlh mustahak.
— Golkar Jakarta II ποΈππ« (@IndraJPiliang) September 13, 2017
Kedangkalan nalar bisa langsung terlihat, ketika dlm setiap debat, atau ketika debat terhenti; anda emosi hanya krn lupa menyelipkan puisi.
— Golkar Jakarta II ποΈππ« (@IndraJPiliang) September 13, 2017
Aktivis2 klpk studi boleh saja tampil kekurangan gizi, tp tak bakalan gemeretuk giginya, ketika mendengar perbedaan2 pandang di meja diskusi
— Golkar Jakarta II ποΈππ« (@IndraJPiliang) September 13, 2017
Pabrifikasi dari aksara dlm bentuk meme2an dewasa ini bagai palu dogam yg menghantam dada demokrasi, krn dianggap sbg biang onar & gaduh.
— Golkar Jakarta II ποΈππ« (@IndraJPiliang) September 13, 2017
Bagi generasi yg pernah terlibat — mungkin jg selibat — sbg milisi2 (org2 mailing list) dlm era yahoogroups; segala emosi telah mati.
— Golkar Jakarta II ποΈππ« (@IndraJPiliang) September 13, 2017
Baca juga :Β Netizen Heboh Artis Rio Reifan Alumni 212 Ditangkap Karena Narkoba
Sumber beritaΒ Indra Piliang Dan Tweet nya Sebelum Diciduk Terkait Narkoba : detik