Kembali Terjadi Perkawinan Agama dan Politik Saat Dukung Anies-Sandi

Kembali Terjadi Perkawinan Agama dan Politik Saat Dukung Anies-Sandi

Kembali Terjadi Perkawinan Agama dan Politik Saat Dukung Anies-Sandi

Komunitas Kristiani Interdenominasi Gereja mengadakan deklarasi dukungannya terhadap pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan tiga, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, Selasa (11/4/2017), di Gedung Serba Guna, Senayan, Jakarta Pusat.

Deklarasi dukungan dari Komunitas Kristiani Interdenominasi Gereja ini ditandai dengan penandatangan nota dukungan oleh 12 orang pendeta.

Komunitas Kristiani Interdenominasi Gereja diketahui dibina oleh Hashim Djojohadikusumo yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.

Hashim turut hadir dalam acara deklarasi tersebut. Dalam sambutannya, Hashim menilai deklarasi dari Komunitas Kristiani Interdenominasi Gereja dilakukan dalam waktu yang tepat.

“Ini suatu deklarasi yang luar biasa. Tadi sudah disebut pak pendeta ini bertujuan menciptakan suasana yang aman, nyaman, kondusif, damai dan sejahtera bagi seluruh warga Jakarta,” kata Hashim.

Deklarasi Komunitas Kristiani Interdenominasi Gereja turut dihadiri Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ratna Sarumpaet, dan warga kristiani yang gerejanya termasuk dalam Komunitas Kristiani Interdenominasi Gereja.

Kembali Terjadi Perkawinan Agama dan Politik Saat Dukung Anies-Sandi

Siapakah dan apakah definisi Kristen ?

Orang Kristen itu mempunyai arti orang yang hidup dengan iman kepada Yesus Kristus dan meyakini bahwa Yesus Kristus itu Tuhan dan Mesias yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama,  juruselamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Pengikutnya beribadah di rumah ibadah dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab. Murid-murid Yesus Kristus pertama kali dipanggil Kristen di Antiokhia (Kisah Para Rasul 11: 26b).

Apakah Gereja itu ?

Gereja adalah Tubuh Kristus di dunia, dengan jemaat sebagai anggota-anggota TubuhNya.

Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. ( Matius 16: 18 ) Inilah cikal bakal Gereja yang dinubuatkanNya.

Banyak orang-orang beranggapan bahwa Gereja adalah suatu bangunan fisik berupa gedung atau rumah ibadah, padahal Gereja berarti kumpulan jemaatNya, kumpulan orang-orang yang menyembahNya dan memuliakanNya.

Dalam seluruh ajaran dan perintahNya Kristus tidak pernah ada ajaran berpolitik maupun berbisnis didalam GerejaNya.

Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati

dan berkata kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” (Matius 21: 12-13).

Dia, Kristus begitu marah menyaksikan orang-orang berbisnis dan berjual beli diGerejaNya. karena Gereja yang diinginkannya suci dan murni yang pada saatnya akan kembali ke hadiratNya menjadi mempelai perempuanNya.

Tidak boleh ada ragi didalam Gereja, karena Kristus menginginkan kemurnian dan kesucian dari Gereja itu yang adalah anggota TubuhNya. Apa itu ragi ? Ragi bisa berupa ajaran yang menyimpang dari Firman Tuhan, ragi bisa berupa politik, bisa berupa bisnis, dan lain-lain yang mengalihkan konsentrasi anggota tubuh terhadap Kristus.

Oleh karena itulah pada saat acara deklarasi dukungan Anies-Sandi telah terjadi perkawinan antara agama dan politik yang sangat bertentangan dengan ajaran dan perintah Kristus sendiri sebagai Tuhan orang-orang Kristen. Mereka yang mengaku Komunitas Kristiani Interdenominasi Gereja telah memasukkan ragi kedalam Gereja, mereka telah membuat Gereja tidak murni dan kesucian Gereja tercemar.

Kembali Terjadi Perkawinan Agama dan Politik Saat Dukung Anies-Sandi

Hal ini juga bertentangan dengan himbauan Presiden Jokowi yang meminta agar semua pihak memisahkan betul politik dengan agama

( Baca juga : Presiden Jokowi Minta Semua Pihak Pisahkan Soal Politik dan Agama )

Begitu pula Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mencampurkan agama dan politik. Imbauan itu terkait dengan pelaksanaan putaran kedua Pilkada Jakarta 2017 putaran kedua.

( Baca juga : Mentri Agama: Jangan Gunakan Agama Untuk Memecah Belah Bangsa )

Bupati Purwakarta, Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengajak semua pihak menghentikan isu agama yang dijadikan sebagai alat untuk kepentingan politik, terutama dalam pilkada. Sebab, pada gilirannya, itu akan semakin mencederai nilai-nilai demokrasi.

( Baca juga : Dedi: Berbahaya Menjadikan Agama Komoditas Politik )

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Kiai Haji Said Aqil Siradj mengimbau agar rumah-rumah ibadah tidak dijadikan tempat berkampanye. Ia juga meminta agar agama tidak dijadikan alat untuk berpolitik.

( Baca juga : Ketum PBNU Imbau agar Rumah Ibadah Tak Dijadikan Tempat Kampanye )

Dan masih banyak tokoh-tokoh nasional, rohaniawan, ulama-ulama dan lainnya yang mengimbau agar agama dan politik tidak dicampur adukan, karena dampaknya sangat buruk dan berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara serta dapat terjadi perpecahan ditengah masyarakat.

Semoga dengan tulisan ini setiap orang yang membaca bisa tercerahkan dan terbuka matanya untuk melihat kelompok-kelompok dan juga pihak-pihak yang memainkan cara-cara yang tidak baik dalam berpolitik dan juga bisa betul-betul tahu mana politik mana hidup beragama.

 

 

Sumber berita Kembali Terjadi Perkawinan Agama dan Politik Saat Dukung Anies-Sandi : berita168.com