Sejarawan Bicara Film G30S/PKI: Ada Kontroversi di Film itu
Asvi Warman Adam, sejarawan LIPI, adalah salah satu sosok yang banyak dimintai pendapat mengenai sejarah seputar G30S/PKI. Sejarawan kelahiran Bukittinggi, Sumbar, yang kini berusia 62 tahun ini memang memang banyak melakukan penelitiian seputar konflik tahun 1965.
Saat berbincang dengan kumparan, Kamis (14/9) malam, dari ujung telepon Asvi menyapa ramah. Suara riuh anak kecil terdengar juga di sana, Asvi tengah bersama cucu-cucunya.
“Sekarang memang ada suara-suara untuk memutar kembali (film G30S/PKI),” kata Asvi.
Dia mengaku memang mendengar adanya rencana memutar kembali film legendaris era Orba itu. Asvi sedikit memberi gambaran perihal film yang dibuat pada tahun 1980-an ini, tepatnya 1984, dengan dana Rp 800 juta.
“Sekarang ini kan memang mau 30 September, jadi wajar ada suara yang ingin memutar kembali,” tambah Asvi.
Asvi menerangkan, pemutaran film itu dihentikan pada 1998, setelah Soeharto tumbang. Yang Asvi tahu, dan dia sudah mengkonfirmasi, permintaan penghentian pemutaran film itu datang dari beberapa pihak, salah satunya dari purnawirawan AURI.
“Ada saran agar film itu tidak diputar. Saya cek ke Sekjen Purnawirawan AURI saat itu, memang tidak ada surat resmi. Tetapi saya bertemu Marsekal Purnawirawan Saleh Basarah yang pernah juga jadi Dubes di London, dia menyampaikan secara pribadi saran itu ke Menhan Juwono Sudarsono dan Menteri Penerangan Yunus Yosfiah.
Film itu dianggap mendiskreditkan AURI, karena Halim dianggap sarang G30S/PKI, padahal Lubang Buaya itu bukan Halim, tapi Pondok Gede. Tempat pembunuhan itu di Lubang Buaya Pondok Gede, bukan Halim,” beber Asvi.
Yang Asvi tahu salah satu saran datang dari para Purnawirawan AURI. Pihak lain mungkin juga ada. Asvi juga menerangkan, film selama 4 jam itu tidak layak untuk anak, karena adegan kekerasan dipertontonkan.
“Film itu saja dimulai dengan kata-kata ‘darah itu merah, Jenderal’, ini kekerasan sudah ditunjukkan,” tegas dia.
Dari kacamata sejarawan, Asvi sendiri mengkritisi film itu, antara lain film itu menonjolkan sosok Seoharto, kemudian, dalam rapat-rapat PKI digambarkan Aidit pimpinan PKI merokok, padahal kenyataannya Aidit tidak merokok.
Lalu di film itu peta Indonesia juga sudah memasukkan Timor Timur sebagai bagian Indonesia, padahal baru tahun 1967 Timor Timur masuk Indonesia. Kemudian, berdasarkan data visum, tidak ada pencungkilan mata, pemotongan alat kelamin, atau penyayatan tubuh para perwira TNI AD.
“Kalaupun film itu diputar dengan nonton bareng, ada baiknya diiringi dengan diskusi. Bandingkan dengan film Jagal (mengutip dari Wikipedia, Jagal adalah film dokumenter karya sutradara Amerika Serikat Joshua Oppenheimer. Dokumenter ini menyorot bagaimana pelaku pembunuhan anti-PKI yang terjadi pada tahun 1965-1966),” beber Asvi.
Asvi mengedepankan sisi keilmuwan, dalam melihat fenomena ini. Bagi dia, masyarakat tentu harus diajari berpikir kritis.
“Saya melihat ada banyak versi mengenai gerakan 30 September, dan ini mesti didiskusikan,” urainya.
Menutup pembicaraan, Asvi lalu menjelaskan dengan mengutip pidato Nawaksara Soekarno pada sidang MPRS puluhan tahun lalu. Dalam pidatonya, Soekarno menyebut ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya peristiwa G30S/PKI.
“Ada 3 penyebabnya, ada pimpinan PKI keblinger atau kebablasan, ada subversi nekolim atau unsur asing, dan ada oknum yang tidak bertanggung jawab. Sayangnya Soekarno tidak merinci siapa oknum ini,” beber dia.
Satu hal lagi, menurut Asvi, mengenai isu bangkitnya PKI, dia sendiri tidak yakin. Di Indonesia, yang berbau PKI itu pasti akan berurusan dengan polisi.
“Itu ngaco saja, kalau PKI melakukan kongres, pasti langsung ditangkap polisi,” tutup dia.
Dibawah ini ada beberapa video wawancara Asvi Warman Adam berbicara seputar sejarah dan PKI yang layak untuk disimak:
Dibawah ini Gus Dur bicara tentang ideologi Komunisme dan Peristiwa 1965-1966 yang menjadi duka terbesar karena telah terjadi pembantaian besar-besaran terhadap sesama anak bangsa, simak videonya:
https://www.youtube.com/watch?v=NafQij88tMY
Baca juga : Soeharto: “Agama ya agama, Pancasila ya Pancasila”
Sumber berita Sejarawan Bicara Film G30S/PKI: Ada Kontroversi di Film itu : kumparan
Sejarawan Bicara Film G30S/PKI: Ada Kontroversi di Film itu