Serangan-serangan Mematikan mata-mata Korut di Luar Negeri

Serangan-serangan Mematikan mata-mata Korut di Luar Negeri

Pembunuhan atas Kim Jong Nam, saudara tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, di Malaysia bukanlah pembunuhan pertama oleh agen Korut di luar negeri.

Pria berusia 45 tahun itu meninggal setelah diduga disuntik dengan racun di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) pada Senin (13/2/2017) dan Malaysia menduga ada dua perempuan terlibat.

Seorang di antaranya, yang menggunakan paspor Vietnam, sudah berhasil ditangkap dan sedang diperiksa. Perempuan kedua, yang memegang paspor Indonesia, juga telah ditangkap Rabu malam.

Masih belum jelas alasan pembunuhan Kim Jong Nam, yang selama beberapa tahun tinggal di luar Korut, namun tudingan mengarah kepada mata-mata Korut.

Pengerahan agen Korut untuk menyerang sasaran-sasaran di luar negeri, bukan pertama kali terjadi.

Serangan ke Seoul

Pada 17 Januari 1968, Unit 124 dari Korut memasuki kawasan demilitarisasi (DMZ) dengan memotong pagar kawat berduri di sana.

Sebanyak 31 pasukan komando negara komunis itu dikirim untuk membunuh Presiden Korea Selatan, Park Chung-hee di Rumah Biru (Blue House) di Seoul.

Empat hari kemudian mereka menuju istana presiden, Rumah Biru, namun sekitar 100 meter dari sana dihadang oleh polisi Korsel.

Sempat berlangsung tembak menembak, yang menewaskan 90 warga Korsel, termasuk belasan warga sipil, yang berada dalam sebuah bus yang sedang melintas.

Hanya dua yang selamat dari 31 pasukan komando Korut tersebut. Seorang di antaranya berhasil melarikan diri pulang ke Korut dan seorang lagi ditangkap.

Upaya pembunuhan Park

Mun Se-gwang, seorang warga Korea yang propemerintah Pyongyang dan tinggal di Jepang, berupaya membunuh Presiden Park Chung-hee pada 15 Agustus 1974.

Saat Presiden Park memberikan pidato, Mun melepas tembakan dengan menggunakan pistol yang dicurinya dari kantor polisi di Osaka.

Namun, upaya tersebut gagal dan saat berupaya melarikan diri itu, dia melepas tembakan yang mengenai istri Presiden Park, Yuk Young-soo, yang meninggal dunia di rumah sakit.

Satu tembakan – yang dilepas polisi saat berupaya melumpuhkan Mun – mengenai seorang pelajar sekolah menengah, Jang Bong-hwa.

Setelah Mun ditangkap, Presiden Park, ayah dari presiden Korsel saat ini, Park Geun-hye, melanjutkan kembali pidato walau istrinya cedera berat kena tembakan di bagian kepala.

Usai berpidato, dia mengambil tas tangan dan sepatu istrinya sebelum meninggalkan tempat acara.

Adapun Mun dieksekusi dengan hukuman gantung di penjara di Seoul, empat bulan setelah ditangkap.

Bom di Myanmar

Pada 9 Oktober 1983, presiden kelima Korsel, Chun Doo-hwan, sedang dalam lawatan resmi ke Yangon, yang masih menjadi ibu kota Myanmar, dan sedianya akan meletakkan karangan bunga di Taman Makam Pahlawan untuk mengenang Aung San – pendiri negara yang juga ayah dari Aung San Suu Kyi.

Namun sebuah bom yang disembunyikan di atap taman makam meledak sebelum Presiden Chun tiba, menewaskan 21 orang, termasuk empat menteri Korsel dan melukai 46 lainnya.

Presiden Chun selamat karena iring-iringan mobilnya terhambat macet sehingga terlambat beberapa menit dari jadwal semestinya.

Aparat keamanan Mynamar mengidentifikasi tiga agen Korut yang melakukan serangan setelah menerima bahan peledak lewat misi diplomatik Korut. Dua agen Korut itu ditangkap dan satu tewas ditembak.

Bom di Korean Air
Pesawat maskapai Korean Air dengan normor penerbangan 858 sedang dalam perjalanan rutinnya dari Baghdad, Irak, ke Seoul pada 29 November 1987.

Namun pesawat yang membawa 115 awak dan penumpang itu tidak pernah tiba di tujuannya karena meledak di atas Laut Andaman.

Penyelidikan menyimpulkan bom ditaruh di tempat penyimpanan sampah di kabin penumpang oeh agen-agen Korut.

Kedua pengebom ditelusuri hingga ke Bahrain dan seorang agen bunuh diri dengan menelan kapsul sianida yang disembunyikan di dalam sebatang rokok ketika akan ditangkap.

Agen lainnya dibawa ke Korsel dan belakangan mengakui bahwa upaya mereka adalah ingin menggagalkan Olimpiade Seoul 1988. Dia dijatuhi hukuman mati namun belakangan dimaafkan.

Pembunuhan dipomat

Seorang diplomat Korsel, Choi Duk-keun, ditemukan tewas karena dipukuli dengan benda keras namun ada dua lubang seukuran pensil, yang menjadi petunjuk ada zat yang dimasukkan secara paksa ke dalam tubuhnya. Jenazahnya ditemukan di Vladiwostok, Rusia, pada 1 Oktober 1996.

Media Korsel mengatakan pembunuhan itu merupakan balas dendam Korut atas kematian 25 awak kapal selam negara itu yang kandas ketika sedang berupaya memasuki wilayah Korsel.

Pemerintah Pyongyang membantah Korsel mengarang bukti-bukti untuk menyudutkan mereka.

Masalah keluarga

Yi Han Yong, sepupu dari ibu Kim Jong Nam, Sung Hye Rim, ditembak mati pada 26 Februari 1997 di luar rumahnya di Bundang, Korsel.

Pihak berwenang Korsel tidak berhasil menangkap tersangka kedua penyerangnya, yang diduga merupakan anggota pasukan khusus militer Korsel dari jenis peluru yang digunakan.

Yi membelot ke Korsel pada tahun 1982 dan menerbitkan memoarnya yang juga mengungkapkan kehidupan pribadi keluarga Kim, yang dianggap menjadi pemicu pembunuhannya.

Bibinya, Sung Hye Rim, merupakan ibu dari King Jong Nam, adalah kekasih Kim Jong Il, yang juga merupakan ayah King Jong Un.

Sumber : kompas.com