Perbedaan “Saracen” di Indonesia dengan “Peternakan Klik” di Thailand
Media sosial terbukti menciptakan bisnis baru. Jika di Indonesia ada Saracen yang menerima orderan membuat berita palsu/hoax, ujaran kebencian atau fitnah, di Thailand ada yang membuka jasa “peternakan klik”, yaitu bisnis meningkatkan views dan memberi tanda like/suka pada sebuah postingan.
Bareskrim Polri menyebut geng Saracen membuat situs dan akun Facebook di antaranya Saracen News, Saracen Cyber Team, dan Saracennews.com. Jumlah pengikut yang tergabung dalam beberapa grup Saracen tersebut berjumlah sekitar 800 ribu akun.
Tiga pentolan Saracen yang ditangkap adalah Jasriadi, Sri Rahayu, dan Muhammad Faizal Tonong. Penyidik menyebut Jasriadi berperan sebagai ketua grup Saracen yang bertugas mengunggah postingan provokatif yang mengandung isu SARA.
Jasriadi juga berperan me-recovery akun anggotanya yang diblokir oleh Facebook. Jasriadi juga membantu membuatkan akun Facebook baik yang asli, semi anonim maupun anonim. Dia diketahui memiliki 11 akun email dan enam akun Facebook yang digunakan untuk membuat sejumlah grup di FB.
Jasriadi sering berganti-ganti nomor ponsel untuk membuat akun email dan FB.
Sedangkan Muhammad Faizal Tonong bertugas menyebarkan ujaran kebencian dengan mengunggah meme dan foto yang telah diedit serta membagikan ulang posting dari anggota Saracen lainnya yang bertemakan isu SARA melalui akun pribadi miliknya.
Sementara tersangka Sri Rahayu adalah pengurus Saracen yang melakukan koordinasi di berbagai grup berdasarkan wilayah.
Barang bukti yang disita polisi dari tiga tersangka adalah 58 buah kartu telepon berbagai operator, tujuh unit telepon genggam, empat buah kartu memori, enam buah flashdisk, enam buah hardisk komputer, dan dua unit laptop.
Hingga saat ini, kata polisi, motif geng Saracen sebatas ekonomi alias meraup uang dari pemakai jasa penebar fitnah.
Beternak Klik dan Likes
Sementara itu di Thailand belum lama ini digerebek tiga orang yang melakukan bisnis “beternak klik dan likes”.
Pada 13 Juni 2017, polisi Thailand menggerebek sebuah rumah di perbatasan Kamboja dan menangkap tiga warga negara China. Mereka ditangkap karena menjalankan bisnis “ternak klik” dengan menekan tanda likes dan menambah views untuk produk-produk yang diposting di media sosial China, WeChat.
Di dalam rumah sewaan warga China itu, polisi menemukan sebuah rak yang berisi nyaris 500 smartphone yang terhubung pada sebuah komputer.
Polisi juga menyita hampir 400.000 kartu SIM Thailand yang diduga dibeli untuk operasi tersebut.
Tersangka yang merupakan tiga pria yang berusia awal 30-an menyatakan kepada petugas bahwa mereka dipekerjakan oleh perusahaan China untuk mengklik likes (suka) dan mem-view sejumlah produk, termasuk obat-obatan herbal, permen dan perusahaan tur, yang tayang WeChat.
Namun mereka diciduk bukan karena kegiatan “ternak likes” itu, melainkan karena tidak mengantongi visa kerja dan hanya memiliki visa turis. Selain itu mereka juga dituding melakukan penyelundupan ponsel-ponsel yang digunakan “beternak klik”.
Polisi memutuskan untuk menggerebek rumah tersebut setelah mereka melihat para tersangka jarang meninggalkan rumah atau berbicara dengan orang lain.
Polisi Imigrasi Kapten Itthikorn Atthanark seperti dilansir Associated Press mengatakan, tersangka menjelaskan bahwa mereka dibayar berdasarkan sebagai banyaknya likes dan views yang berhasil mereka hasilkan. Masing-masing sukses menggaet bayaran 2.950 (Rp 39 juta) hingga 4.400 dolar (Rp 58 juta) setiap bulan. Nilai yang tidak sedikit bukan?
https://www.facebook.com/jiggie.jaa.9/posts/473894042949067
“Peternak klik” ini dipekerjakan untuk meningkatkan views sebuah situs online demi prestise dan keuntungan. Beberapa politisi membanggakan berapa banyak pengikut yang mereka miliki di media sosial, sementara klik dapat menghasilkan pendapatan iklan.
“Peternakan klik” hanyalah salah satu dari banyak penipuan online yang berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan menjadi momok bagi raksasa media sosial.
Beberapa “peternakan klik” mengendalikan puluhan ribu akun media sosial palsu yang dapat diprogram untuk menyukai halaman atau posting tertentu.
Facebook bahkan melakukan perubahan pada algoritma perangkingannya agar user tidak terjebak ke situs web berkualitas rendah, sebagai upaya untuk melawan spam dan informasi palsu.
Perbedaan Dampak yang Ditimbulkan
“Peternakan Klik” yang ada di Thailand ini sekilas hanya berdampak ekonomi dan pola pikir konsumen saja, karena tujuannya hanya untuk memanipulasi suatu produk agar terlihat disukai, digemari, banyak dilihat (view).
Dan bagi pemakai jasa “Peternakan Klik” pun semua biaya yang dikeluarkan akan menjadi biaya promosi dan iklan saja.
Lain lagi dengan dampak yang ditimbulkan oleh kelompok “Saracen” ini pastilah sangat besar bukan hanya kepada individu per individu bahkan bisa mempengaruhi suatu suku atau bahkan lebih besar dari itu adalah suatu negara atau bangsa akan terkena dampaknya.
Modus Saracen ini yang menyebar HOAX dengan bermuatan SARA dan Ujaran Kebencian dapat berdampak pada gejolak sosial ditengah masyarakat, situasi politik yang panas baik ditingkat daerah maupun nasional, yang ujung-ujungnya akan menimbulkan disintegrasi atau perpecahan suatu negara dan bangsa.
Contoh pilgub DKI Jakarta 2017 yang begitu panas dan sampai memakan korban seorang gubernur masuk penjara hanya karena omongannya digoreng di media-media sosial, kemudian ditambah demo yang berjilid-jilid yang menguras waktu, tenaga dan biaya yang sangat besar bagi negara karena cukup menghambat aktivitas masyarakat dan pembangunan terganggu.,
Contoh fitnah terhadap presiden Jokowi yang dituding PKI dan sebagainya terus digoreng, dimana dibelakang isu itu ada otak nya yaitu dari pemakai jasa Saracen dengan maksud politis.
Negara-negara Islam yang sedang berkonflik di Timur Tengah adalah negara-negara yang mengalami kehancuran yang memakan korban rakyat sangat menderita, itu semua modus nya adalah HOAX yang bermuatan SARA dan Hate Speech (Ujaran Kebencian) hingga antar anak bangsa terjadi perang saudara.
Jadi jelas perbedaan dampak yang akan timbul dari kelompok Saracen ini sangat mengerikan.
Baca juga : Bagaimana Polisi Mencari Tahu Nama Pemakai Jasa Kelompok Saracen?
Sumber berita Perbedaan “Saracen” di Indonesia dengan “Peternakan Klik” di Thailand : kumparan