Din Syamsuddin Jadi Khatib Singgung Indonesia Tak Lagi Ramah
Muhammad Sirajuddin Syamsuddin atau Din Syamsudin dalam ceramahnya ketika menjadi khatib di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Rabu (5/6), menyinggung soal kerusakan multidimensional yang terjadi di dunia, termasuk di antaranya di Indonesia.
Din juga menyebut anak bangsa Indonesia saat ini telah berubah menjadi cenderung pemarah, dari semula bangsa yang ramah.
“Inilah yang terjadi sekarang ini, dunia masih menghadapi kerusakan multidimensional berupa kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, ketidakadilan, kesenjangan, berbagai bentuk kekerasan, hingga kerusakan lingkungan hidup,” ujar Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat tersebut saat berceramah.
“Kerusakan demikian juga terjadi pada kehidupan nasional semua bangsa di dunia, tak terkecuali bangsa Indonesia,” sambung dia.
Din menuturkan, modal sosial dan budaya Indonesia mengalami pergeseran, dari semula dikenal sebagai bangsa yang ramah kini cenderung pemarah, mudah tersinggung, hingga terkadang menempuh jalan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.
Din juga menyebut sebagian anak bangsa mengalami demoralisasi yaitu terjebak ke dalam fanatisme buta dalam membela kepentingan duniawi daripada bersaing secara sejati.
“Mereka tega menghilangkan nyawa orang lain hanya karena harga diri dan persoalan sepele,” ujarnya.
Din juga menyebut anak bangsa kurang memiliki daya juang, berbanding terbalik dengan perjuangan bangsa saat bertahan tiga setengah abad terhadap penjajahan.
“Mereka tidak tahan terhadap ujian dan cobaan, sehingga mengambil jalan pintas menerabas hukum dan undang-undang, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan,” katanya.
Kemudian, tambah Din, etos gotong royong terasa mengendur tergerus waktu, karena segala sesuatu diukur dari sudut materi..
Menurut Din, yang lebih memprihatinkan lagi ialah perihal adanya sebagian masyarakat yang mengedepankan hak daripada kewajiban, sehingga melupakan tanggung jawab asasi.
“Kebebasan itu juga mengejawantah dalam hasrat berkuasa atau mempertahankan kekuasaan walau mengabaikan etika,” ucapnya.
Selain masalah demoralisasi, Din juga menyinggung soal pemilu 2019 dan menyebut perbedaan pilihan politik membuat bangsa dan umat islam terbelah.
“Harus diakui, bangsa dan umat Islam mengalami keterbelahan. Perbedaan aspirasi dan afiliasi politik terutama terkait pemilihan Presiden dan Wakil Presiden telah menciptakan perpecahan tajam dan dalam di tubuh bangsa,” kata Din.
Din pun lantas menyinggung soal kematian dan jatuh sakit ratusan petugas pemilu dan menyebutnya sebagai tragedi kemanusiaan.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu mengaku prihatin karena pemilu seharusnya merupakan cara demokrasi untuk menghindari tirani dan anarki.
“Banyak diri diliputi rasa benci, dan nafsu angkara murka tak terkendali, maka nafsu saling menghabisi merasuk diri, digerakkan oleh klaim akan kebenaran nisbi, akhirnya kesucian Ramadhan tercederai,” ujarnya.
Sumber Berita Din Syamsuddin Jadi Khatib Singgung Indonesia Tak Lagi Ramah: Cnnindonesia.com