Nasional

Allan Nairn, Mimpi Buruk Para Jenderal

Allan Nairn, Mimpi Buruk Para Jenderal

  • Nairn salah satu jurnalis yang menyaksikan pembantaian Santa Cruz di Dili pada November 1991
  • Nairn menantang para jenderal Orde Baru buat mempertanggujawabkan pelanggaran HAM masa lalu
Wartawan investigatif kelahiran AS ini punya reputasi besar sebagai ‘anjing penjaga’ dan musuh rezim-rezim totaliter. Hari ini ia merilis laporan tentang hubungan para tokoh penting Indonesia dan Donald Trump dalam rencana makar terhadap Jokowi.

“Saya memutuskan pergi ke tempat-tempat di mana pembunuhan tersadis dilakukan dan di mana pemerintah AS menyokong para penjagal … Saya akan pergi ke tempat-tempat itu untuk mengekspos apa yang terjadi, dan berharap bisa menghentikan kekejaman.”

Demikian Allan Nairn dalam satu wawancaranya pada Juli 2014, beberapa hari setelah pemilu presiden. Saat itu ia membicarakan kariernya sebagai jurnalis investigatif-cum-aktivis yang bermula dari keterlibatannya dengan Ralph Nader, aktivis buruh, lingkungan, dan anti-korporasi, yang berkali-kali mencalonkan diri sebagai presiden dari Partai Hijau hingga tahun 2000.

Pada 1980, Nairn terbang ke Guatemala dan menyaksikan pembantaian kediktatoran militer terhadap buruh, petani, mahasiswa, dan intelektual. Dari sana ia menyadari sokongan dana dan senjata dari Washington untuk rezim-rezim brutal di dunia. Pengalaman Guatemala membawanya ke Timor Timur, yang saat itu (masih) diduduki oleh Indonesia sejak 1975.

Pada 21 November 1991, pemuda Sebastião Gomes mati disiksa serdadu Indonesia di Dili. Beberapa hari kemudian, iring-iringan pengantar jenazah Sebastião mengawali sebuah protes kecil yang ditanggapi berondongan peluru oleh aparat. Lebih dari 200 warga sipil tewas. Nairn, yang waktu itu terjepit di antara rombongan pengantar jenazah dan serdadu, mengalami cedera di kepala akibat dipopor bedil.

Sepulangnya dari Timor Timur, Nairn mendirikan ETAN (The East Timor and Indonesia Action Network) bersama Charlie Scheiner dan John Miller. Lembaga itu berperan besar mengampanyekan nasib rakyat Timor Timur di bawah pendudukan. Dua tahun kemudian, lobinya berhasil meyakinkan Kongres AS untuk menekan pemerintahan Clinton untuk memutus bantuan senjata ke Indonesia.

Setelah meletus kekerasan pasca-referendum di Timor Timur pada 1999, Amerika resmi memutus bantuan senjata dan pelatihan militer. Pada tahun-tahun awal transisi demokrasi di Indonesia, Nairn juga menguak peran AS dalam melatih para perwira militer Indonesia yang menculik dan membunuh warga sipil.

Allan Nairn, Mimpi Buruk Para Jenderal

Pada 2009, Nairn mengekspos pembunuhan warga sipil di Aceh yang dilakukan oleh serdadu Indonesia. TNI mengancam akan menahan dan menuntutnya di pengadilan. Ancaman itu terbukti kosong belaka.

Lima tahun kemudian, Nairn kembali ke Indonesia, meliput pemilu presiden. Ia membocorkan wawancara off the record dengan Prabowo Subianto yang dilakukannya pada 2001, salah satu pembicaraannya adalah Prabowo menghina Gus Dur dan menyatakan siap dituduh diktator fasis. Pada momentum jelang pemilu itu pula ia membongkar keterkaitan antara Prabowo dan proyek pelatihan militer JCET yang dilakukan Amerika dan Indonesia. Prabowo menyebut dirinya “anak emas Amerika”.

Sebaliknya, Nairn juga merilis wawancaranya dengan mantan kepala Badan Intelijen Negara Hendropriyono, yang berada dalam satu kubu dengan pemerintahan terpilih Joko Widodo, Pada akhir 2014. Dalam kesempatan itu Hendropriyono mengeluarkan pernyataan mengenai peranannya dalam pembantaian Talangsari (1989) dan rantai komando pembunuhan aktivis HAM terkemuka Munir (2004).

Keterlibatan Nairn dengan Guatemala rupanya membekas. Ia sempat diminta bersaksi tentang kejahatan militer yang dilakukan Jenderal Rios Montt pada pengadilan HAM dua tahun lalu di Guatemala. “Tapi di menit-menit terakhir, saya dihalang-halangi untuk bersaksi akibat tekanan dari presiden Guatemala yang sekarang menjabat, Perez Molina.”

Nairn berkali-kali menantang jenderal-jenderal Indonesia yang hendak memperkarakannya untuk mengundang dirinya bersaksi di pengadilan. Tak ada yang cukup bernyali menyambut tantangan itu.

Sumber berita Allan Nairn, Mimpi Buruk Para Jenderal : tirto.id
Mister News

Recent Posts

Yusril Tunggu Arahan Jokowi Pidanakan Amplop Saksi Palsu Prabowo-Sandi

Yusril Tunggu Arahan Jokowi Pidanakan Amplop Saksi Palsu Prabowo-Sandi Kuasa hukum paslon 01 Joko Widodo…

5 tahun ago

Saksi Prabowo Diduga Berbohong, Putri Gus Mus Sebut Bisa Kena Pasal Pidana kan?

Saksi Prabowo Diduga Berbohong, Putri Gus Mus Sebut Bisa Kena Pasal Pidana kan? Beti Kristina…

5 tahun ago

Polda Jabar Tangkap Ustaz Rahmat Baequni Terkait Sebar Hoaks Petugas KPPS Diracun

Polda Jabar Tangkap Ustaz Rahmat Baequni Terkait Sebar Hoaks Petugas KPPS Diracun Ustaz Rahmat Baequni…

5 tahun ago

Ahok Balas Anies Baswedan soal Penerbitan IMB Pulau Reklamasi

Ahok Balas Anies Baswedan soal Penerbitan IMB Pulau Reklamasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut…

5 tahun ago

Hakim MK Minta Bukti DPT Invalid 17,5 Juta, Tim Prabowo-Sandi Minta Waktu

Hakim MK Minta Bukti DPT Invalid 17,5 Juta, Tim Prabowo-Sandi Minta Waktu Hakim Mahkamah Konstitusi…

5 tahun ago

Alasan Anies Baswedan Tak Cabut Pergub Reklamasi Ahok Mesti Anggap Tak Lazim

Alasan Anies Baswedan Tak Cabut Pergub Reklamasi Ahok Mesti Anggap Tak Lazim Gubernur DKI Jakarta…

5 tahun ago

This website uses cookies.