Kapolri Sindir Kelompok yang Berkampanye Kedepankan Primordialisme dan Intimidasi

Kapolri Sindir Kelompok yang Berkampanye Kedepankan Primordialisme dan Intimidasi

Kapolri Sindir Kelompok yang Berkampanye Kedepankan Primordialisme dan Intimidasi

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengingatkan, masyarakat untuk tidak menebar kampanye provokatif di masa kampanye Pilkada DKI putaran kedua.

Pasalnya, hal itu justru dapat memicu perpecahan di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.

“Ayo lah kita malu sebagai bangsa kalau seandainya kita harus mengedepankan primordialisme, intimidasi, penekanan atau manipulasi kepada publik dengan kampanye negatif,” kata Tito di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (23/3/2017).

Menurut Tito, sebagai Ibu Kota negara, Jakarta merupakan etalase sekaligus role model pelaksanaan sistem demokrasi bagi wilayah lain di Tanah Air.

Untuk itu, Jakarta harus mampu menunjukkan bahwa pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah di wilayahnya adalah yang terbaik.

“Jadi kita wajib semua pihak di Jakarta untuk menunjukkan demokrasi berjalan, yaitu setiap masyarakat bebas tentukan pilihannya, dengan prinsip langsung, umum, bebas dan rahasia,” ujarnya.

Kapolri menambahkan, segala bentuk kampanye yang mengarah kepada tindakan kekerasan dan ilegal akan ditindak secara tegas.

“Apakah menggunakan UU Pemilu atau kalau pidana masuknya Kepolisian. Tetapi kita (juga) minta diberi sanksi sosial kepada mereka yang melakukan aksi non-demokratis yang membatasi kebebasan untuk memilih,” kata dia.

Dalam Pilkada DKI putaran kedua yang digelar pada 19 April 2017, dua pasangan bertarung, yakni Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Dan masa kampanye putaran kedua masih berlangsung sampai dengan 15 April 2017, dimana banyak isu-isu kampanye negatif seperti isu agama yang semakin menguat mengenai penolakan menshalatkan jenazah bagi pendukung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur nomor 2. Belum lagi ada isu apabila muslim yang memilih paslon no 2 maka akan berdosa dan masuk neraka. Hal-hal seperti itu adalah provokatif dan intimidasi.

Menurut Direktur Populi Center, Usep S Ahyar menilai, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, menuai keuntungan dari isu intoleransi yang berhembus dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Menurut dia, meski pasangan Anies-Sandiaga menyatakan mereka multikultural, mereka tetap diuntungkan.

Soalnya, saat ini lawan politiknya, calon gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, tengah menghadapi kasus dugaan penodaan agama.

“Apalagi lawan politiknya rawan sekali diserang dengan politik identitas. Kalau kita lihat sekarang lebih menguntungkan paslon nomor tiga,” ujar Usep dalam sebuah diskusi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (23/3/2017).

 

 

Sumber berita Kapolri Sindir Kelompok yang Berkampanye Kedepankan Primordialisme dan Intimidasi  : kompas.com