Karena Tebar SARA di Facebook, Willis Canteen di Sydney Bangkrut
Komunitas Indonesia di Australia dihebohkan oleh status Teuku Indra Utama pemilik Willis Canteen di Sydney yang menjual makanan Indonesia dengan ucapan-ucapan yang bernada rasis serta penuh dengan ujaran kebencian. Teuku Indra Utama atau dikenal dengan panggilan Mas Indra berkali-kali mengunggah status dan foto yang bernada kebencian melalui akun Facebooknya. Salah satunya adalah dia pernah menyindir aksi damai dengan lilin di Australia dengan nada sindiran tajam dan menjadi viral. Belum lagi dengan berbagai status di Facebook dan foto yang tidak patut untuk ditampilkan di sini!
Kontan saja tindakannya itu menimbulkan reaksi keras dari komunitas Indonesia yang ada di sana. Para netizen menyesalkan tindakannya yang membuka usaha di negeri orang dan costumer-nya adalah dari berbagai ras dan golongan serta agama tapi ternyata dia secara publik mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, sangat rasis dan menghina etnis serta agama tertentu.
Kendati sudah mendapatkan kritikan dan kecaman malah ada netizen yang menghubunginya secara pribadi untuk segera minta maaf tapi si Indra Utama tetap tidak mau minta maaf. Dia terus memunculkan status dan foto yang bernada kebencian itu berkali-kali. Nggak pake lama, para netizen langsung memberikan bad review untuk laman Facebook Willis Canteen miliknya. Di Zomato, media untuk informasi restoran dan makanan ,si Indra tak luput mendapatkan bad review dari netizen untuk warung makannya.
Komentar yang muncul di Zomato bermacam-macam mulai dengan: “Very bad attitude and a racist owner”. “Biarpun makanannya enak tapi jika penjualnya rasis, sama sama memakan kata-kata dari mulutnya”, ujar seorang reviewer. Ada pula yang berkomentar keras,”Pemilik rasis dan seorang belagu yang intoleran terhadap agama dan etnis orang lain. Berharap Anda akan menuai apa yang kau tabur.”
Nggak pake lama, Indra Utama langsung menuai apa yang ditaburnya! Kontan para pengunjung di tempat makannya yang biasanya ramai langsung turun drastis. Laman Facebook Willis Canteennya juga ikut ditutup!. Indra akhirnya terpaksa meminta maaf dan mengatakan,”Saya Indra Utama owner willis canteen ingin menyatakan permintaan maaf saya kepada costumer willis canteen, yang mana ada pemberitaan negatif tentang diri dan Facebook saya, dan agar kalian tahun juga istri dan mertua saya adalah Indonesia dan keturunan china Kristen”. Begitu pernyataan yang dibuatnya kemarin, 17 Mei 2017.
Amat disesalkan menurut penulis secara pribadi karena dia meminta maaf setelah pengunjungnya menyusut drastis dan pemberitaannya menjadi viral di medsos. Dan satu lagi kesalahannya adalah dia hanya meminta maaf kepada costumernya padahal ujarannya itu ditujukan secara publik berarti ditujukan juga kepada orang-orang yang tinggal dan berdiam di Indonesia.
Kalaupun ditujukan kepada costumernya yang orang Indonesia di Australia, bukankah mereka juga punya keluarga besar yang tinggal di tanah air? Diapun harus menerima akibat dari ucapannya, kecaman makin bermunculan, pengunjung mendadak sepi. Itulah konsekuensi dari sikap intoleran dan radikal yang jelas-jelas tidak akan mendapat tempat di mana orang menghargai perbedaan, menjunjung peradabaan dan toleransi serta kemanusiaan.
Baca juga : Konsultan Anies-Sandi, Jelaskan Apa yang Membuat Mereka Menang
Sumber berita Karena Tebar SARA di Facebook, Willis Canteen di Sydney Bangkrut : seword
Karena Tebar SARA di Facebook, Willis Canteen di Sydney Bangkrut
Yusril Tunggu Arahan Jokowi Pidanakan Amplop Saksi Palsu Prabowo-Sandi Kuasa hukum paslon 01 Joko Widodo…
Saksi Prabowo Diduga Berbohong, Putri Gus Mus Sebut Bisa Kena Pasal Pidana kan? Beti Kristina…
Polda Jabar Tangkap Ustaz Rahmat Baequni Terkait Sebar Hoaks Petugas KPPS Diracun Ustaz Rahmat Baequni…
Ahok Balas Anies Baswedan soal Penerbitan IMB Pulau Reklamasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut…
Hakim MK Minta Bukti DPT Invalid 17,5 Juta, Tim Prabowo-Sandi Minta Waktu Hakim Mahkamah Konstitusi…
Alasan Anies Baswedan Tak Cabut Pergub Reklamasi Ahok Mesti Anggap Tak Lazim Gubernur DKI Jakarta…
This website uses cookies.