Kelompok Teroris Indonesia Berencana Meledakkan Bom Radioaktif
Kelompok militan Indonesia berencana untuk meledakkan bom radioaktif. Beberapa pihak keamanan menyatakan rencana ini merupakan ambisi kelompok ekstremis untuk memicu kerusuhan di Indonesia, negara dengan populasi umat Muslim terbesar di dunia.
Namun, para ahli meragukan kemampuan, peralatan untuk merakit, dan kemungkinan suksesnya upaya tersebut.
Dilansir Reuters, polisi menggerebek beberapa rumah dan menangkap lima terduga teroris di Bandung, Jawa Barat, minggu lalu (15/8). Setelah penggerebekan, polisi menyatakan adanya upaya untuk meledakkan bom kimia. Belum ada keterangan lebih lanjut terkait rencana tersebut.
Rencana tersebut dipicu oleh masuknya militan yang dideportasi dari negara lain dan menjadi dampak dari pengepungan pimpinan Negara Islam (Islamic State) di kota Marawi, Filipina Selatan. Para pemimpin regional dan analis khawatir hal ini Kelompok militan ini disinyalir berupaya mentransformasi bahan radioaktif rendah Thorium (Th-232) menjadi bahan Uranium (U-233) yang mematikan.
Uranium tersebut kemudian akan dikombinasikan dengan bom rakitan triacetone triperoxide (TATP) menjadi bom nuklir–seperti tertulis dalam panduan manual rakit bom yang digunakan oleh kelompok militan.
Walau pada faktanya, dampak terbesar yang dihasilkan oleh bom rakitan tersebut ‘hanya’ berupa semprotan bahan radioaktif saat bom konvensional diledakkan.
Terkait dampak bom tersebut, Inspektur Jenderal Polri Setyo Wasisto menolak untuk mengkonfirmasi pun membantah rencana pembuatan perangkat bom tersebut. Namun, ia menyatakan perangkat tersebut memiliki dampak ledakan lebih besar daripada dua bom TATP yang menewaskan tiga polisi di Jakarta, pada bulan Mei silam.
“Jika perangkat bom ini berhasil dirakit, dampaknya akan lebih besar ketimbang bom rakitan yang dibuat oleh “Mother of Satan”. Bom tersebut mampu membakar apapun dan membuat orang sulit bernapas,” kata Setyo, menggunakan nama lain dari TATP.
Dalam buku manual kelompok militan, tertulis anjuran untuk menggunakan mesin X-Ray atau microwave untuk menyukseskan upaya perakitan dan peledakan bom Uranium.
Seorang ahli perangkat radiaktif dari Nautilus Institute Peter Hayes lalu menyatakan microwave tak bisa digunakan untuk ‘mengubah’ Th-232 menjadi U-233.
“Anda tidak bisa ‘memasak’ Th-232 menjadi U-233. Pun jika ‘bisa’, maka anda akan terkena dampak yang menyakitkan hingga kematian akibat radioaktif yang dihadirkan U-232 yang terbentuk,” kata Hayes melalui surat elektroniknya pada Reuters.
“Tugas sebagai Seorang Muslim”
Sudah terjadi beberapa rangkaian upaya dan aksi peledakan bom oleh kelompok ekstremis dalam jangka waktu 18 bulan terakhir di Indonesia. Beberapa di antaranya berhasil digagalkan oleh kepolisian.
Pakar terorisme Rakyan Adibrata menyatakan aksi para militan terinspirasi dari serangkaian insiden di Marawi, di mana para pejuang IS terus menyandera kota tersebut, walau telah ada upaya penyerangan dari pihak Filipina untuk ‘merebutnya’ kembali.
“Para militian di Indonesia tak punya cukup kemampuan untuk menduduki sebuah kota seperti yang terjadi di Marawi, tapi mereka ingin melakukan sesuatu yang ‘besar’ untuk menyenangkan ‘para bos’ IS,” lanjut Rakyan.
Sebagian besar serangan di Indonesia melibatkan Jammah Ansharut Daulah, kelompok pro IS yang beraliansi dengan militan Indonesia. Berdasarkan keterangan polisi, banyak anggotanya ditarik langsung dari Syria, direkrut oleh pimpinan JAD Indonesia Bahrun Naim.
Naim diketahui sebagai pengarang buku panduan manual perakitan bom yang diberi judul ‘Nuklir untuk Pemula’ –dan disebarluaskan melalui sebuah blog yang kini sudah tak bisa diakses lagi.
“Mampu menguasai dan membuat senjata merupakan tugas tiap Muslim sejati. Diharapkan buku panduan ini mampu memotivasi dan mendorong para mujahidin untuk mempelajari dan membuat nuklir,” seperti tertulis dalam buku panduan tersebut.
Minggu lalu, polisi menyatakan kelompok militan tersebut mempelajari perakitan bom dari buku panduan garapan Bahrun Naim.
Berdasarkan keterangan polisi, terduga teroris dari Bandung merupakan anggota JAD yang menargetkan peledakan pada Istana Kepresidenan di Jakarta dan beberapa markas kepolisian di Bandung.
Dua dari lima terduga teroris adalah pekerja migran yang dideportasi dari Singapura dan Hong Kong di tahun ini karena telah menyebarkan konten Islam radikal melalui media sosial.
Para terduga telah menghabiskan lebih kurang satu bulan di sebuah tempat untuk deradikalisasi sebelum akhirnya bergabung dengan para militan lainnya.
Hingga kini, Kementerian Luar Negeri menyatakan setidaknya terdapat 177 militan yang telah dideportasi dari beberapa negara dan akhirnya kembali ke Indonesia,
Baca juga : 5 Terduga Teroris di Bandung Rencana Serang Istana Negara dan Mako Brimob
Sumber berita Kelompok Teroris Indonesia Berencana Meledakkan Bom Radioaktif : kumparan
Yusril Tunggu Arahan Jokowi Pidanakan Amplop Saksi Palsu Prabowo-Sandi Kuasa hukum paslon 01 Joko Widodo…
Saksi Prabowo Diduga Berbohong, Putri Gus Mus Sebut Bisa Kena Pasal Pidana kan? Beti Kristina…
Polda Jabar Tangkap Ustaz Rahmat Baequni Terkait Sebar Hoaks Petugas KPPS Diracun Ustaz Rahmat Baequni…
Ahok Balas Anies Baswedan soal Penerbitan IMB Pulau Reklamasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut…
Hakim MK Minta Bukti DPT Invalid 17,5 Juta, Tim Prabowo-Sandi Minta Waktu Hakim Mahkamah Konstitusi…
Alasan Anies Baswedan Tak Cabut Pergub Reklamasi Ahok Mesti Anggap Tak Lazim Gubernur DKI Jakarta…
This website uses cookies.