Kinerja Ahok Pada Warga DKI Dan Berapa Puaskah Warga DKI?

Warga DKI

Hasil penelitian Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menemukan sebesar 73,5 persen responden puas dengan kinerja Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Sementara hanya 25,2 persen saja yang tidak puas, berikut yang tidak menjawab 1,3 persen.

Menurut peneliti LSI Denny JA, Adji Alfarabi jika melihat ke belakang biasanya tingkat kepuasan masyarakat yang mencapai 70 persen maka gubernur petahana itu akan dipilih kembali.

“Ini sebuah anomali. Karena biasanya incumbent dengan kepuasan di atas 70 persen umumnya menang dan kembali menjabat,” tutur Adjie Alfarabi di Kantor LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (7/3/2017).

Sementara untuk mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, lanjut Adjie, pada pemilihan 2012 tidak terpilih kembali lantaran kepuasan masyarakat Ibu Kota hanya di angka 54 persen.

Beberapa kepala daerah yang masyarakat puas terhadap kinerja pemimpinnya dan terpilih kembali misanya di Kabupaten Banyuwangi Azwar Anas yang memiliki tingkat kepuasan 80 persen.

Kemudian Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terpilih kembali karena kepuasan masyarakat pada kinerjanya mencapai 70 persen. Lalu Rita Widiasari di Kabupaten Kutai Kartanegara terpilih kembali karena kepuasannya di atas 70 persen.

“Jadi memang ada suatu temuan juga di kita bahwa mayoritas incumbent dengan tingkat kepuasan di atas 70 persen terpilih kembali,” ujar Adjie.

Hanya saja, melihat dari hasil survei, elektabilitas Ahok tidak sejalan dengan tingginya kepuasan masyarakat terhadap kinerjanya. Tentunya, kata dia, faktor kepuasan tidak menjadi paralel utama untuk para pemilih di DKI.

Survei LSI Denny JA kali ini dilakukan pada kurun waktu 27 Februari-3 Maret 2017. Penelitian itu melibatkan 440 responden dengan pertemuan tatap muka dan dipilih menggunakan metode multistage random sampling. Adapun margin of error dari survei tersebut sebesar 4,8 persen.

“Ada faktor personality. Kedua faktor primodial soal agama dan seterusnya, yang kemudian menjadi kendala mengapa kemudian menjadi angka 73,5 persen yang puas, tidak sebanding dengan angka elektabilitas dari Pak Ahok dan Pak Djarot,” pungkas Adjie.