Nasional

Pakar Siber Mengatakan Tak Ada Hoaks yang Membangun di Indonesia

Pakar Siber Mengatakan Tak Ada Hoaks yang Membangun di Indonesia

Istilah ‘Hoaks Membangun’ ala Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Djoko Setiadi disindir banyak pihak. Hal itu tidak memiliki rujukan dari sisi istilah. Hal itu pun menjadi topik yang mendunia di media sosial.

“Kami sepakat hoax pasti negatif dan tidak akan bagus bagi kehidupan sosial dan lain-lain,” ujar pakar teknologi informasi Ruby Alamsyah, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (3/1).

Namun demikian, Ruby menganggap Djoko hanya salah berbicara atau bermaksud pada makna lain terkait hoaks. Misalnya, ‘pesan’ yang membangun.

Seusai pelantikannya sebagai Kepala BSSN, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (3/1), Djoko menyebut bahwa tak semua hoaks itu negatif.

Mayjen TNI Djoko Setiadi saat diambil sumpah dalam pelantikannya sebagai Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), di Istana Negara, Jakarta, Rabu (3/1).

“Kalau hoaks itu membangun, ya kita silahkan saja,” ucapnya. Ia sendiri tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai istilah ‘hoaks membangun’ tersebut.

Terlepas dari itu, Djoko mengakui bahwa penyebaran kabar bohong sering kali berujung pada perpecahan dan memberi dampak buruk bagi banyak pihak.

Dia juga meminta masyarakat, terutama anak muda, untuk menahan diri bahkan mengurangi penyebaran berita bohong yang merusak persatuan negara.

Tak pelak, komentarnya itu menuai ‘badai’ di media sosial. Mayoritas berupa sindiran, baik itu tajam maupun jenaka. Frasa ‘hoaks membangun’ pun menjadi trending topic dunia di Twitter. Hingga Rabu (3/1) pukul 20.16 WIB, #HoaxMembangun menempati peringkat ke-4 dunia di Twitter, yakni sebanyak 11 ribu cuitan.

Akun resmi Partai Gerindra, @Gerindra, berkomentar, sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia ‘hoaks’ berarti ‘berita bohong.’ Sementara, kamus Oxford English Dictionary mengartikan ‘hoax’ sebagai ‘malicious deception’ atau ‘kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat’.

“Hoax tetaplah Hoax. Sesuatu yang tidak benar dan tidak boleh dibenarkan walaupun dengan tujuan mempersolek pemerintah sekalipun,” cetus akun parpol pimpinan Prabowo Subianto tersebut.

Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Mohamad Guntur Romli‏ meminta semua pihak bisa membedakan fiksi, yang bisa digunakan sebagai bahan kritik, dengan hoaks.

“Ilusi sebagai kritik itu OK, mimpi sebagai kritik juga OK. Kalau hoax untuk kritik apa maksudnya? Kritik kok pake kebohongan, sama kaya hoax untuk membangun, apa yang bisa dibangun dari kebohongan?” cetusnya, melalui akun @GunRomli.

Dan lebih banyak komentar unik seperti yang diunggah oleh Anton Mulyana, pemilik akun @antonmull. “kamu kenapa? gapapa” #HoaxMembangun,” tulis dia, menyitir dialog yang biasa terjadi di antara dua pasangan.

 

 

Sumber Berita Pakar Siber Mengatakan Tak Ada Hoaks yang Membangun di Indonesia : Cnnindonesia.com

Mister News

Published by
Mister News

Recent Posts

Yusril Tunggu Arahan Jokowi Pidanakan Amplop Saksi Palsu Prabowo-Sandi

Yusril Tunggu Arahan Jokowi Pidanakan Amplop Saksi Palsu Prabowo-Sandi Kuasa hukum paslon 01 Joko Widodo…

5 tahun ago

Saksi Prabowo Diduga Berbohong, Putri Gus Mus Sebut Bisa Kena Pasal Pidana kan?

Saksi Prabowo Diduga Berbohong, Putri Gus Mus Sebut Bisa Kena Pasal Pidana kan? Beti Kristina…

5 tahun ago

Polda Jabar Tangkap Ustaz Rahmat Baequni Terkait Sebar Hoaks Petugas KPPS Diracun

Polda Jabar Tangkap Ustaz Rahmat Baequni Terkait Sebar Hoaks Petugas KPPS Diracun Ustaz Rahmat Baequni…

5 tahun ago

Ahok Balas Anies Baswedan soal Penerbitan IMB Pulau Reklamasi

Ahok Balas Anies Baswedan soal Penerbitan IMB Pulau Reklamasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut…

5 tahun ago

Hakim MK Minta Bukti DPT Invalid 17,5 Juta, Tim Prabowo-Sandi Minta Waktu

Hakim MK Minta Bukti DPT Invalid 17,5 Juta, Tim Prabowo-Sandi Minta Waktu Hakim Mahkamah Konstitusi…

5 tahun ago

Alasan Anies Baswedan Tak Cabut Pergub Reklamasi Ahok Mesti Anggap Tak Lazim

Alasan Anies Baswedan Tak Cabut Pergub Reklamasi Ahok Mesti Anggap Tak Lazim Gubernur DKI Jakarta…

5 tahun ago

This website uses cookies.