Sejarah Jakarta, Alasan Kenapa Ali Sadikin Legalkan Judi dan Prostitusi
Berbicara tentang pemimpin atau gubernur Jakarta, dengan segala kebijakannya dalam sejarah Jakarta, tidak terlepas dari perbincangan tentang Ali Sadikin. Karena Jakarta adalah pemimpin yang paling fenomenal dalam memimpin Jakarta.
Ali Sadikin, dikenal sebagai pemimpin yang sangat kontroversi. Kontroversi yang berjalan di atas tuntutan untuk membangun Jakarta yang terkebelakang, dengan kondisi yang sangat minim akan dana pembangunan.
Maka, keputusan yang kontroversial pun harus diambil. Keinginan besar untuk membangun Jakarta membuat segala rambu-rambu norma etika dan kemasyarakatan, serta norma agama pun harus ditabrak.
Maka, terjadilah salah satu kebijakan yang sangat kontroversial yang harus diambil oleh Bang Ali, nama yang biasa dipanggil untuk gubernur yang diangkat Bung Karno itu. Adalah kebijakan melegalkan judi di Jakarta.
Hasilnya, saat itu kas DKI Jakarta mendapat gelontoran dana segar Rp 20 miliar per tahun. Uang itu digunakan untuk membangun jalan, puskesmas, dan gedung sekolah dan sebagainya.
Kita pun bertanya, kenapa Bang Ali mengambil kebijakan yang kontroversial dan berani melabrak nilai-nilai moral kemasyarakatan dan agama.
Tulisan ini memaparkan alasan-alasan yang dikemukakan oleh Ali Sadikin, dengan menyaring dan mengelaborasinya dari hasil wawancara Tempo dengan Gubernur yang terkenal paling galak, tetapi paling sukses itu. Kemudian kami komplilasi dengan beberapa tulisan lainnya.
Bahwasanya, kata Ali Sadikin, “Saya ingin bersikap realistis dan tidak munafik. Ketika menjadi Gubernur
DKI Jakarta (1966-1977), saya melegalkan judi karena pemda tak punya anggaran cukup. Padahal saat itu butuh banyak uang untuk membangun sekolah, puskesmas, dan jalan”.
Memang, pada waktu itu para Alim Ulama semua meributkan, tapi Bang Ali katakan, “Saya bilang kemereka, kalau mengharamkan judi, mereka harus punya helikopter. Soalnya, jalan-jalan saya bangun dari uang judi. Jadi, jalan di Jakarta juga haram.
Jadi, Anda tahu bahwa agama sebenarnya mengharamkan judi, tanya Tempo ketika itu, Jawab Ali Sadikin, “Ya! Saya tahu judi itu haram. Tapi kita harus memikirkan masyarakat kecil.
Demi judi, saya rela masuk neraka. Tapi saya yakin Allah mengerti apa yang saya perbuat. Saya jengkel dengan orang-orang yang mengaku Islam itu. Mereka merasa dirinya malaikat. Mereka masih berpikir seperti abad ke-15”.
Mengenai lokalisasi dan atau prostitusi, sebagaimana ditanyakan Tempo ketika itu, Apakah Anda juga setuju dengan lokalisasi prostitusi? Bagaimana jawab Bang Ali dimana ketika itu lokalisasi Kramat Tunggak dibangunnya?
Ya. Saya yang membuat lokalisasi di Kramat Tunggak. Soalnya, ketika itu banyak berkeliaran “becak komplet” yang isinya wanita tunasusila. Dari pada berkeliaran di jalan, lebih baik dibuat lokalisasi khusus. Sekarang juga banyak ABG di mal-mal yang menjadi wanita tunasusila. Mengapa tidak kita lokalisasi saja? Itu lebih baik. Saya heran Pemda DKI dan DPRD menutup Kramat Tunggak. Saya sudah bilang ke Sutiyoso, “Memang nanti Sutiyoso masuk surga. Kalau saya, sih, akan masuk neraka.”
Sumber Berita Sejarah Jakarta, Alasan Kenapa Ali Sadikin Legalkan Judi dan Prostitusi : Netralnews.com