Kenapa Ongkos Taksi Online Lebih Murah dari Taksi Konvensional?

Kenapa Ongkos Taksi Online Lebih Murah dari Taksi Konvensional?

Kenapa Ongkos Taksi Online Lebih Murah dari Taksi Konvensional?

Dalam beberapa hari terakhir ini lagi ramai isu mengenai akan berlakunya tarif baru untuk taksi online yang konon kabarnya akan lebih mahal dari tarif taksi konvensional, padahal kenyataannya tidaklah lebih mahal dari tarif taksi konvensional. Jadi aturan tarif yang akan diterapkan pada bulan April ini hanya sebagai alasan untuk melindungi pengusaha angkutan konvensional,  ribuan sopir taksi konvensional, angkot, ojek dan sebagainya.

Tim redaksi berita 168 menemukan artikel informasi berkenaan dengan Kenapa Ongkos Taksi Online Lebih Murah dari Taksi Konvensional?

Kenapa Ongkos Taksi Online Lebih Murah dari Taksi Konvensional? Apa karena mereka sengaja rugi? Atau tarif taxi biasa yang kemahalan?
Untuk tahu apakah rugi atau tidak, selain dari investasi mobil, dsb, yang paling pengaruh adalah biaya bensin. Contoh dari rumah saya ke Sarinah sekitar 8 km. Dgn taxi biasa, ini bisa Rp 70.000 lebih. Dengan Grab atau Uber cuma di bawah Rp 40.000. Apakah Taksi Online rugi?
Tidak juga. Dengan jarak 8 km itu bensin paling cuma 1 liter. Rp 8000 kalau pakai Pertamax. Taruhlah dgn lain2 Rp 10.000. Masih sisa Rp 30.000. Jadi sulit dibilang merugi. Ini kalau pakai Avanza yang 1:10. Kalau pakai Agya yang 1:20, lebih irit lagi. Cuma Rp 5000 ongkos bensinnya.
Untuk 1 x transportasi di atas, seorang sopir online bisa dapat Rp 20.000 bersih. ! jam bisa Rp 40.000. Kalau 8 jam, dapat Rp 320.000. Ini kalau tidak dapat penumpang yg jaraknya jauh tapi lancar seperti ke Bandara. Bisa Rp 500.000/hari atau Rp 10 juta per bulan.
Taksi online cuma memungut 20% dari transaksi yg didapat pengemudinya. Dia tak perlu keluar uang untuk beli mobil, pool, dsb. Jelas lebih murah kan?
Sebaliknya perusahaan Taxi biasa harus beli mobil, pool, dsb. Mahal. Kenapa mahal, ini karena perusahaan menarik setoran yang luar biasa besar. Rp 450.000/hari. Artinya dalam setahun, perusahaan dapat Rp 162 juta dan 10 tahun Rp 1,62 milyar. Artinya BEP perusahaan cuma 1-2 tahun saja. Ini untuk skala bisnis, lumayan cepat. Yang diperah akhirnya adalah supir yg harus kejar setoran sehingga akhirnya muncul supir tembak. Dan penumpang diperas dgn tarif yang mahal. Terus terang dengan tarif taxi yang mahal dan tidak jelas itu, saya jarang naik taxi. Kecuali kepepet terutama untuk jarak yang tidak terlalu jauh.
Jadi jika Supir Taksi dapat Rp 700.000/hari dan bensin Rp 150.000 hari, untuk Uber dan Grab Supir dapat bersih sekitar Rp 370.000 per hari. Sedang untuk Taksi biasa, supir cuma dapat Rp 100.000 hari. Kalau cuma Rp 500.000/hari, supir Taksi biasa nombok. Supir Uber dan Grab, masih bisa untung Rp 250.000/hari. Jadi jelas kan mana yg meringankan supir dan penumpang dan mana yang tidak?
Taruhlah supir online harus bayar cicilan kendaraan Rp 4,5 juta/bulan. Sehari cuma Rp 150.000. Begitu pula bayaran internet unlimited Rp 150.000/bulan, sehari cuma Rp 5000. Jauh lebih kecil dari setoran Taksi yang Rp 450.000/hari! Rata2 supir Grab dan Uber yang saya tumpangi pada ramah dan gembira.
Itu yang terjadi sekarang. Nah penyedia transportasi online hanya mengambil 20%. Ada pun supir bisa langsung ikutan di situ. Orang bisa kredit mobil dan ikut Grab serta Uber. Meski ada beberapa orang yang menggunakan orang lain sebagai supir.
Kalau banting harga hingga rugi, rasanya tukang ojek seperti Gojek pun tidak sanggup. Begitu pula para sopir grab dan uber.
Taksi biasa, itu bisa 1-2 jam baru dapat penumpang setelah keliling-keliling. Apalagi Taksi Bandara bisa menunggu 2-3 jam antrian sebelum dapat giliran. Jadi tidak efisien dari segi waktu. Begitu dapat penumpang, maka penumpang ini dibebankan tarif yang tinggi. Ini beda dengan pengemudi online yang bisa dapat order setiap saat. Efektif dan Efisien. Bahkan sebagian Taksi pun seperti Express ada juga yang ikutan Grab Taxi. Biar saja dipotong 20%. Ketimbang rugi bensin dan banyak kosongnya, kata supirnya.
Jadi bersainglah secara sehat. Bagaimana pun juga masyarakat memilih yang terbaik. Yang nama supir dan plat mobilnya jelas terdata. Tarifnya sudah jelas dan murah. Kalau tarifnya tidak jelas seperti Taksi biasa, itu kan tidak fair juga namanya. Begitu kemahalan, penumpang pasti kecewa.

BBM Naik, Supir Taksi Kerja Keras Kejar Setoran
“Biasanya sepi penumpang dalam tiga bulan, karena dua minggu setelah pengumuman kenaikan harga BBM, pasti ada penyesuaian tarif. Jumlah penumpang dari 16-20 orang per hari, merosot jadi 10 orang,” ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Rabu (19/11/2014).
Dalam sehari, kata Supir Taksi Blue Bird lain, Daruri (34), dipatok target setoran sekira Rp 450 ribu untuk armada tanpa stiker rute Bandara Soekarno-Hatta. Sedangkan armada taksi dengan stiker ditargetkan lebih tinggi Rp 700 ribu per hari.
Dia menjelaskan, supir taksi rata-rata menghabiskan 20 liter premium dalam sehari dengan rata-rata jarak tempuh 250 kilometer (km).
Dengan kenaikan harga BBM menjadi Rp 8.500 per liter, supir taksi harus mengeluarkan anggaran operasional BBM lebih mahal sebesar Rp 170 ribu per hari. Sedangkan sebelum kenaikan, hanya perlu merogoh Rp 130 ribu.

 

 

Sumber berita Kenapa Ongkos Taksi Online Lebih Murah dari Taksi Konvensional? : Info Indonesia