Makam Mbah Priuk Salah Satu Janji Ahok yang Belum Tuntas
Sebagai negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam, tempat wisata religi menjadi destinasi yang patut dikunjungi. Selain untuk napas tilas, wisata religi juga dimanfaatkan sebagai tempat untuk memanjatkan doa kepada Sang Kuasa.
Keberadaan lokasi wisata religi yang kebanyakan berada di luar DKI menjadi perhatian Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat. Dalam pemerintahan Ahok-Djarot, Pemprov DKI berinisiatif untuk menyediakan kawasan wisata religi bagi warga Jakarta, sehingga warga tidak perlu jauh-jauh untuk berziarah.
Sebetulnya, di Jakarta ada satu tempat yang dianggap keramat dan kerap dikunjungi oleh warga sekitar untuk berziarah. Yaitu, Makam Mbah Priuk.
Sebagai informasi, Makam Mbah Priuk atau yang dikenal dengan nama Habib Hasan Muhammad Al Hadad merupakan tokoh yang dipercaya menyebarkan agama Islam di Jakarta. Makamnya yang terletak di kawasan Koja, Jakarta Utara ini berdekatan dengan Terminal Peti Kemas Tanjung Priok yang dimiliki PT Pelindo II.
Nama Makam Mbah Priuk semakin dikenal ketika terjadi sengketa lahan antara ahli waris Mbah Priuk dan PT Pelindo II di tahun 2010. Pihak ahli waris Mbah Priuk mengklaim kepemilikan tanah berdasarkan Eigendom Verponding no 4341 dan No 1780 di lahan seluas 5,4 hektar. Namun, PN Jakarta Utara menetapkan kepemilikan tanah sah milik PT Pelindo II, berdasarkan hak pengelolaan lahan (HPL) Nomor 01/Koja dengan luas 145,2 hektar.
Sengketa semakin memanas ketika Pemprov DKI mengeksekusi tanah sengketa pada 14 April 2010. Mereka yang tidak terima kemudian menolak dan melakukan perlawanan terhadap Satpol PP yang bertugas. Bentrokan ini kemudian dikenal dengan peristiwa Kerusuhan Koja. Akibat bentrokan antara Satpol PP dan warga, 3 anggota Satpol PP tewas dan ratusan lainnya terluka.
Di zaman kepemimpinan Ahok-Djarot, Makam Mbah Priuk kembali mendapat perhatian. Hal ini ditandai dengan berkunjungnya Ahok ke Makam Mbah Priuk atas undangan dari Habib Abdullah Bin Abdurrahman Alaydrus alias Habib Sting pada 12 Januari 2017. Ahok pun diajak berkeliling makam dan berziarah.
Dalam kesempatan itu pula, Ahok menyatakan Makam Mbah Priuk harus dijadikan tempat wisata ziarah Islam, terlebih tempat situs sejarah selalu memiliki keuntungan bila dijadikan tempat wisata ziarah. Ia pun meminta agar ahli waris dapat segera mengurus administrasi dan aspek legal tanah di wilayah itu.
Ahok pun kembali berziarah ke Makam Mbah Priuk pada 14 Februari 2017. Selain berziarah, kedatangannya juga sekaligus untuk menyelesaikan sengketa lahan antara pihak ahli waris dengan PT Pelindo II. Ia juga meminta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI untuk menyiapkan surat penetapan kawasan itu menjadi cagar budaya terlebih dahulu, sebelum kemudian peruntukannya dapat diubah dari industri menjadi tempat wisata.
Lebih lanjut, pengurus Makam Mbah Priuk juga sempat menyambangi Balai Kota dan bertemu langsung dengan Ahok. Dalam pertemuan yang berlangsung tertutup itu, mereka membahas kelanjutan rencana makam yang akan dijadikan tempat wisata religi di Jakarta. Pembahasan bahkan sudah sampai pada konsep peruntukan makam untuk wisata religi.
“Sudah matang. Insyaallah dalam bulan ini terlakana,” kata Eko Iswadi selaku pengurus makam Mbah Priuk di Balai Kota, (17/2).
Pada 4 Maret 2017, Ahok kembali menyambangi Makam Mbah Priuk. Kedatangannya kala itu untuk menyerahkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 438 Tahun 2017 tentang Penetapan Kawasan Makam Habib Hassan Bin Muhammad atau Mbah Priuk sebagai lokasi yang dilindungi dan diperlakukan sebagai situs cagar budaya.
“Saya mau keluarkan SK bahwa makam ini dilindungi, siapapun enggak boleh ganggu lagi karena ada UU yang mengatur, menetapkan sebuah cagar budaya adalah hak gubernur,” kata Ahok di makam Mbah Priuk, (4/3).
Dengan dikeluarkannya SK, maka kawasan itu tidak bisa diperebutkan atau diperjualbelikan.
“Jadi tempat ini tak bisa lagi diperjualbelikan jadi kontainer, jadi pelabuhan, enggak bisa lagi,” ujarnya.
Setelah dikeluarkannya SK, Ahok melalui akun Instagramnya, memamerkan desain terbaru makam Mbah Priuk. Ia menjanjikan kawasan yang akan menjadi tempat wisata ziarah agama Islam itu dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang mumpuni. Tak tanggung-tanggung, lokasi itu akan dibuat berstandar internasional.
Tidak hanya itu, masjid dan alun-alun akan dibangun luas supaya dapat menampung banyak peziarah. Apalagi lokasinya yang strategis, dekat dengan akses jalan tol dan layang, sehingga memudahkan akses para peziarah.
Dalam desain tersebut, terlihat kawasan makam akan dirombak sedemikian rupa. Selain masjid dan alun-alun yang akan dibangun luas, terdapat juga Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), taman terbuka, lapangan futsal, kandang, dapur, gudang, aula, toko dan klinik, serta lahan parkir yang luas.
Masjid pun akan dibangun di atas danau, sesuai permintaan desain dari ahli waris Mbah Priuk. Selain itu, bangunan masjid akan dibuat bergaya khas Ottoman.
“Itu masjid di atas danau, sesuai permintaan desain Mbah Priuk. Satu lantai, mirip Ottoman,” kata Ahok saat berkunjung ke Kantor GP Ansor, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, (7/4).
Desain pun sudah rampung dan tinggal menunggu persetujuan dari Habib Sting dan Habib Hasan selaku ahli waris. Biaya yang akan dikeluarkan untuk proses pembangunan diperkirakan mencapai Rp 50 miliar.
“Ini kira-kira akan bangun hampir Rp 50 miliar. Siapapun enggak bisa membongkar, mengganggu,” ujarnya lagi.
Ahok pun kembali mengadakan pertemuan dengan Habib Sting di kediaman pribadinya di kawasan Pantai Mutiara, Jakarta Utara pada 1 Mei 2017. Selain untuk silaturahmi, Ahok juga menjelaskan kepada pihak ahli waris soal masalah status tanah makam Mbah Priuk dan meminta ahli waris menyelesaikan izin lokasi.
Selain itu, Ahok juga mengatakan pembangunan kompleks makam bisa segera dilaksanakan tergantung izin dari Badan Pertahanan Nasional (BPN).
“Tergantung BPN, bisa enggak tanahnya diberesin. Pelindo sudah inkrah harusnya dikeluarin, makanya mesti izin lokasi dulu,” papar Ahok.
Lalu, bagaimana dengan nasib kelanjutan pembangunan makam Mbah Priuk kini? kumparan pun mendatangi makam Mbah Priuk pada Senin (9/10). Berdasarkan pantauan di lokasi, belum ada aktivitas pembangunan.
Di bagian depan kawasan makam, tepatnya di sekitar area lahan parkir, memang sedang dibangun sebuah bangunan. Namun tidak diketahui peruntukan bangunan tersebut. Jalan pun masih belum diaspal dan hanya ditutupi dengan batu kerikil kecil.
Sementara di sisi sebelah kiri, memang terdapat arena bermain untuk anak-anak. Itu pun hanya seadanya. Ada pula sebuah bangunan yang di depannya terdapat kolam renang kecil. Beberapa orang terlihat berenang di sana.
Di sisi lain, terdapat lahan kosong yang sangat luas yang dipenuhi dengan kerikil. Namun di lahan kosong itu juga sama sekali tidak terlihat adanya aktivitas pembangunan. Pun alat berat yang biasa digunakan untuk sebuah proyek pembangunan juga tidak ada.
Sayangnya, kumparan tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar. Pengurus makam pun sedang tidak berada di tempat, sehingga tidak banyak keterangan yang bisa diambil.
Aktivitas di makam terlihat sangat sepi. Hanya ada beberapa mobil yang terparkir dan hanya ada sedikit peziarah dan warga sekitar yang sedang duduk-duduk di bawah pepohonan untuk menghindari panasnya matahari.
Di beberapa sisi, terpasang beberapa spanduk berwarna biru muda yang bertuliskan “Wisata Cagar Budaya Maqom Mbah Priuk (Gubah Al Haddad) ke Istiqlal”. Wisata ini rupanya difasilitasi Transjakarta.
Humas Transjakarta, Wibowo, membenarkan memang ada rute wisata cagar budaya dari makam Mbah Priuk menuju Masjid Istiqlal dan sebaliknya.
“Oh, itu (memang) sudah beberapa bulan yang lalu. Sudah sejak bulan Mei beroperasinya,” kata Wibowo saat dikonfirmasi.
Sementara untuk bus, bus yang disiapkan merupakan bus tingkat. “Biasanya ada 4 sampai 5 bus tingkat untuk rute tersebut,” paparnya.
Waktu kunjung juga diatur, yaitu dari hari Jumat hingga Minggu, pukul 13.00 WIB hingga 21.00 WIB. Namun, jadwal tersebut kini sudah berubah karena banyaknya minat warga yang ingin berziarah.
“Dilakukan penyesuaian karena pada hari Jumat akses tertutup oleh tingginya minat masyarakat yang ziarah pada hari tersebut. Sekarang rute tersebut hanya Sabtu-Minggu,” terangnya.
Dengan adanya fasilitas ini, maka warga dapat dengan mudah berziarah. Kini yang perlu ditunggu adalah pembangunan makam yang dijanjikan Ahok. Dengan adanya SK Gubernur yang telah dikeluarkan Ahok, maka pemerintahan Anies-Sandi dapat melanjutkan program yang menjadi janji Ahok kepada ahli waris Mbah Priuk yang belum tuntas.
Sumber Berita Makam Mbah Priuk Salah Satu Janji Ahok yang Belum Tuntas : Kumparan.com
Yusril Tunggu Arahan Jokowi Pidanakan Amplop Saksi Palsu Prabowo-Sandi Kuasa hukum paslon 01 Joko Widodo…
Saksi Prabowo Diduga Berbohong, Putri Gus Mus Sebut Bisa Kena Pasal Pidana kan? Beti Kristina…
Polda Jabar Tangkap Ustaz Rahmat Baequni Terkait Sebar Hoaks Petugas KPPS Diracun Ustaz Rahmat Baequni…
Ahok Balas Anies Baswedan soal Penerbitan IMB Pulau Reklamasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut…
Hakim MK Minta Bukti DPT Invalid 17,5 Juta, Tim Prabowo-Sandi Minta Waktu Hakim Mahkamah Konstitusi…
Alasan Anies Baswedan Tak Cabut Pergub Reklamasi Ahok Mesti Anggap Tak Lazim Gubernur DKI Jakarta…
This website uses cookies.