Polemik Puisi Neno, Kubu #2019GantiPresiden Sebut Puisi Neno Ekspresi Seorang Ibu

Polemik Puisi Neno, Kubu #2019GantiPresiden Sebut Sebagai Ekspresi Seorang Ibu

Polemik Puisi Neno, Kubu #2019GantiPresiden Sebut Puisi Neno Ekspresi Seorang Ibu

Koordinator Advokasi dan Hukum #2019GantiPresiden, Djuju Purwantoro menegaskan puisi yang dibacakan Neno Warisman hanya ungkapan doa dan tak merujuk kepada salah satu paslon tertentu.

“Apa yang dibacakan oleh Neno adalah nyata-nyata merupakan suatu bentuk puisi, yang diksinya bisa saja merupakan suatu ungkapan hati (doa) dan perasaan dalam bentuk prosa dari salah seorang ibu sebagai perempuan biasa,” kata Djuju melalui keterangan yang diterima CNNIndonesia.com, Minggu (24/2).

Djuju menyebut puisi tersebut jelas-jelas tidak ditujukan kepada salah satu pihak atau kelompok manapun, kecuali kepada Allah SWT pencipta alam semesta.

Selain itu, menurut Djuju, puisi yang dibuat oleh Neno Warisman merupakan salah satu bentuk ekspresi yang sesuai dengan pasal 28E ayat (3) Undang-Undang RI 1945 yang berbunyi, ‘setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat’.

Pihaknya menyesalkan komentar-komentar negatif yang dilontarkan oleh sejumlah politisi dan pendukung paslon nomor urut 01 Jokowi-Ma’ruf.

“Patut diduga adanya upaya memelintir dan mempolitisir substansi dan maksud puisi tersebut, sehingga justru hal tersebut berpotensi timbulnya pelanggaran hukum (illegal), fitnah, intoleran, memecah belah umat dan masyarakat pada umumnya,” kata Djuju.

Puisi yang dibacakan Neno Warisman saat acara Malam Munajat 212 di Lapangan Silang Monas, Jakarta Pusat pada Kamis (21/2) menimbulkan berbagai polemik. Penggalan kalimat puisi yang ia buat dianggap merupakan suatu bentuk kampanye, yang isinya adalah:

“… Jangan, jangan Engkau tinggalkan kami dan menangkan kami. Karena jika Engkau tidak menangkan. Kami khawatir ya Allah. Kami khawatir ya Allah tak ada lagi yang menyembah-Mu…”

Kalimat itu sontak mendapat protes keras dari berbagai pihak termasuk dari Ketua Harian Tanfidziyah PBNU, Robikin Emhas. “Ingat, Tuhan yang kita sembah adalah Allah SWT. Bukan pilpres,” kata Robikin, Sabtu (23/2).

Tak hanya Robikin, Wakil Presiden Jusuf Kalla pun ikut angkat bicara soal puisi Neno Warisman itu. JK menyebut, puisi tersebut memiliki konteks kampanye.

“Ya namanya kampanye, tapi kampanye yang keliru,” katanya.

Sementara itu, calon wakil presiden nomor urut 01, Ma’ruf Amin menyatakan puisi Neno tersebut sama seperti potongan doa yang digunakan Nabi Muhammad ketika Perang Badar melawan pasukan Quraisy di Mekkah.

Ia lantas menjelaskan Perang Badar merupakan pertempuran antara pasukan Islam yang dipimpin Nabi Muhammad melawan pasukan kelompok kafir Quraisy.

“Bahkan ada yang berdoa menggunakan doa nabi ketika Perang Badar, kalau Perang Badar yaitu (pertempuran) antara Islam dan kafir,” kata Ma’ruf saat ditemui di Mall Palem, Cengkareng, Jakarta Barat, Sabtu (23/2).

Lebih lanjut, Ma’ruf menyayangkan puisi yang dibacakan Neno tersebut. Ia menilai puisi itu sama saja menempatkan posisi Joko Widodo dan dirinya sebagai pihak kelompok kafir dalam ajang pilpres kali ini.

“Kedua menempatkan posisi yang lain sebagai seorang kafir, maka sama saja menganggap pak Jokowi dan saya dianggap orang kafir. Itu sudah tak tepat. Sayang lah,” kata dia.

 

Baca juga: MA’RUF AMIN KRITIK PUISI NENO: MASA JOKOWI DAN SAYA DIANGGAP KAFIR

 

Sumber Berita Polemik Puisi Neno, Kubu #2019GantiPresiden Sebut Puisi Neno Ekspresi Seorang Ibu: Cnnindonesia.com