Suara Pengayuh Becak di Jakarta, Merasa Merdeka dari Razia
Di bawah kolong jembatan kawasan Bandengan, Jakarta Utara, Aziz duduk di atas becak miliknya. Sambil menunggu penumpang, dia bercengkerama dengan sejumlah kawan yang juga pengayuh becak.
Pria 54 tahun itu mengenakan kaus hitam bertuliskan Serikat Becak Jakarta. Dia mulai menarik becak di Jakarta sejak 1995.
Raut wajah Aziz tampak cerah pada Sabtu (27/1) siang. Dia banyak melempar senyum. Seakan Aziz telah merasakan kebebasan bekerja sebagai tukang becak di Jakarta.
Beberapa waktu sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberi angin segar kepada para pengemudi becak. Mereka diizinkan kembali beroperasi meski hanya di perkampungan.
Aziz mengenang masa lalu yang suram. Saat becak dilarang beroperasi di Jakarta, dia dan sejumlah kawannya terpaksa mangkal di pojok jalan. Alasannya agar mereka mudah melarikan diri saat petugas Satpol PP melakukan razia becak.
Aziz sendiri pernah dua kali terjaring razia petugas Satpol PP. Dia tak tahu becaknya diangkut ke mana setelah razia tersebut.
Aziz berpendapat, kebijakan Anies yang memperbolehkan pengemudi becak kembali beroperasi di Jakarta ibarat sebuah kemerdekaan baginya.
“Ini benar-benar kemerdekaan bagi penarik becak, enggak perlu ngumpet-ngumpet lagi kalau mangkal,” kata Aziz kepada CNNIndonesia.com di lokasi pangkalannnya.
“Sekarang kami berani mangkal di bawah flyover, biar kelihatan juga kalau di sini, dan sudah aman lah, enggak bakal dicari-cari lagi,” kata Aziz.
Sebagai pendatang asal Pemalang, Jawa Tengah, pengemudi becak bukan pekerjaan awal Aziz di Jakarta. Setelah lulus SMP pada medio 1970, dia sempat menjajal bekerja sebagai tukang cuci mobil dan berjualan minyak.
Tak mudah baginya menjalani hidup sebagai seorang pengemudi becak. Apalagi penghasilannya tidak menentu setiap hari.
Dia tak pernah menentukan tarif kepada penumpang. Menurutnya, penumpang hanya memberikan upah seikhlasnya. Jumlahnya pun bervariasi antara Rp5.000 hingga Rp15.000. Jika beruntung, penghasilannya sehari bisa mencapai Rp100.000.
Meski penghasilannya terbilang kecil, Aziz masih bersyukur bisa bekerja sebagai pengemudi becak. Dia bisa menghidupi keluarga, membangun rumah di kampung halaman, dan menyicil membeli sepeda motor.
“Yang penting pegang uang setiap hari, kalau dibilang cukup ya enggak, tapi bagaimana kita menyikapi. Alhamdulilah saya bisa beli motor sama rumah dari hasil narik becak,” ujarnya.
Bukan Warga Jakarta, Ikut Didata
Aziz kini menjabat koordinator Serikat Becak Jakarta (Sebaja) di wilayah pangkalannya. Di organisasi itu, dia ikut bersolidaritas dan memperjuangkan haknya, termasuk mengikuti demonstrasi.
Dia menyebut setidaknya ada 70 becak di Bandengan yang beroperasi selama ini. Namun, Dinas Perhubungan baru mendata 60 becak pada Kamis (25/1) lalu.
“Yang 10 itu enggak terdata soalnya ada yang pulang kampung atau ada yang tidur karena narik dari subuh,” katanya.
Sebagai koordinator wilayah, Aziz ikut mengawal pendataan tersebut. Menurutnya, becak yang didata dan diberi stiker hanya pengemudi yang memiliki KTP Jakarta. Stiker itu bertuliskan “Angkutan Orang di Kawasan Tertentu” dengan logo Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Aziz yang mengantongi KTP Jakarta kini tak khawatir mengantar penumpang. Meski demikian, dia mengakui masih banyak pengemudi becak di Bandengan yang tidak memiliki KTP Jakarta.
“Ya, nanti kami bantu bagaimana caranya, misalnya nanti ganti KTP Jakarta mungkin, soalnya kan mereka juga sudah lama di Jakarta,” kata Aziz.
Berbeda dengan Aziz, pengemudi becak lainnya yaitu Lukman tak memiliki KTP DKI. Dia hanya mengantongi KTP Pemalang meski telah lama tinggal di Jakarta.
Namun, becak Lukman telah didata dan diberi stiker oleh Dishub Jakarta Utara. Ia mengaku tak tahu jika pengemudi becak yang diperbolehkan beroperasi hanya yang memiliki KTP Jakarta.
“Saya malah enggak tahu, tapi buktinya becak saya kemarin didata, dapat stikernya, juga sudah saya pasang,” kata Lukman.
Perlakuan berbeda dialami Ramidi (60) . Pengemudi becak ini memiliki KTP Jakarta tapi belum terdata oleh Dishub. Dia mengatakan, saat pendataan lalu sedang pulang kampung ke Tegal.
“Baru tadi malam sampai sini lagi, makanya belum data, tapi tadi Aziz sudah ke sini minta KTP saya agar bisa didata nanti,” ujarnya.
Sebelumnya, Anies memastikan tak akan ada penambahan jumlah becak yang saat ini telah beroperasi di Jakarta. Pihaknya telah selesai mendata semua becak di ibu kota. Namun Anies tak menyebut jumlah becak di Jakarta.
Simak video dibawa ini:
“Sudah selesai didata dan sudah diberi tanda stiker,” kata Anies.
Bahkan kata Anies, pihaknya sempat menolak pengemudi becak dari daerah lain yang berusaha masuk ke ibu kota. Mereka diarahkan kembali ke kota asal. Anies menyebut jumlahnya satu truk becak.
“Iya ada satu truk, hari Selasa itu kejadiannya. Langsung diputar balik suruh pulang,” ujarnya.
Wakil Gubernur Sandiaga Uno juga menyampaikan, becak yang diizinkan beroperasi di Jakarta hanya untuk pengemudi yang memiliki KTP DKI.
“Iya kalau KTP Jakarta langsung dikasih setiker becaknya, boleh operasi. Kalau enggak, ya tidak bisa,” kata dia.
Dukungan Politik untuk Anies
Kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang mengizinkan becak beroperasi bagi Aziz memberi kesan tersendiri. Dia berterima kasih kepada Anies karena telah memperhatikan nasib para pengemudi becak di Jakarta.
“Terima kasih banyak kepada Pak Gubernur telah peduli kepada penarik becak, orang kecil seperti kami,” ujarnya.
Kebijakan itu berdampak pada sikap politiknya. Dia menegaskan akan memberi dukungan kepada Anies untuk melanjutkan jabatan selama dua periode. Bahkan jika Anies mencalonkan diri sebagai presiden atau wakil presiden, Aziz pun akan mendukung.
“Jelas mendukung karena dia sudah peduli terhadap kami, enggak cuma saya, nanti anak dan istri saya juga saya suruh dukung Pak Anies,” kata Aziz.
Begitu pula yang disampaikan Lukman. Dia menyatakan akan mendukung Anies memimpin pemerintahan. “Dukung Pak Anies pokoknya,” ujarnya.
Simak video dibawah ini:
(Baca juga: TERBUKTI, ANIES TAK PERNAH KOORDINASI DENGAN DITLANTAS SOAL PENATAAN TANAH ABANG)
Sumber Berita Suara Pengayuh Becak di Jakarta, Merasa Merdeka dari Razia : Cnnindonesia.com