Kabar Hoax soal Saudi Bayar Kafarat karena Salah Lihat Hilal
Di tengah kegembiraan umat Islam merayakan Idul Fitri di seluruh dunia, tersebar kabar meresahkan di aplikasi berbagi pesan. Kabar itu menyebut Arab Saudi membayar kafarat sebesar 1,6 miliar riyal karena salah menetapkan hari Idul Fitri, 1 Syawal 1440 Hijriah. Padahal, kabar ini adalah hoaks yang kerap berulang.
Kabar tersebut tersebar dalam pesan pada aplikasi WhatsApp di Indonesia. Dalam pesan itu tertulis dalam bahasa Indonesia kata-kata seperti berikut:
“Pemerintah Arab Saudi MBayar Kafarat JUMLAHE 1,6 milyar, karena Mengakui Salah dalam Menentukan Awal Syawal 1440 hari SELASA KEMAREN”
Mengiringi tulisan itu, terdapat pesan berbahasa Arab yang menyebutkan bahwa Mohammed al-Nujaimi anggota Akademi Fiqih Islam diwawancara oleh stasiun televisi Al Arabiya. Nujaimi mengatakan, Saudi salah menetapkan 1 Syawal dan membayar kafarat atau denda.
Berdasarkan Badan Astronomi Saudi, lanjut pesan itu, yang dilihat untuk menetapkan 1 Syawal di Saudi bukanlah Bulan melainkan planet Saturnus. Jadi, hari Idul Fitri di Saudi jatuh sehari lebih cepat.
Hal ini membuat Saudi terpaksa membayar kafarat atau denda sebesar 1,6 miliar riyal. Kabar di WhatsApp itu juga mencantumkan link berita El Watan News untuk membuktikannya.
Namun ketika link itu dibuka, isi artikel El Watan malah meluruskan pesan tersebut. Menurut El Watan, kabar itu hoaks karena “tidak berdasar.”
El Watan melaporkan, tidak ditemukan adanya wawancara Nujaimi dengan Al Arabiya. Pun tidak ditemukan pernyataan Badan Astronomi Saudi di manapun, termasuk di Twitter, soal pemantauan Bulan yang salah oleh lembaga ulama Saudi.
Penelusuran kumparan menemukan hoaks “kafarat 1 Syawal Saudi” ini sering berulang setiap tahunnya dengan redaksi yang hampir sama di berbagai negara. Salah satunya kabar ini terpantau beredar pada 2015 di Maroko.
Pada 2015, situs berita Morroco World News yang meluruskan kabar tersebut.
Disinyalir hoaks ini adalah perkembangan dari perdebatan pada 2011 soal apakah yang dilihat di Saudi adalah Bulan atau Saturnus. Dikutip dari situs The Independent ketika itu, perdebatan tersebut dikomentari oleh laman berita Iran, Fars News Agency, yang menyatakan pemerintah Saudi harus membayar kafarat karena diduga salah menetapkan 1 Syawal. Tidak ada komentar dari pemerintah Saudi ketika itu.
Melihat hilal atau Bulan ada satu dari dua metode penetapan bergantian bulan dalam kalender Hijriah. Metode lainnya adalah hisab atau menggenapkan tanggal menjadi 30 setelah hilal tak terlihat di malam 28.
Sebagian besar negara Arab seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Kuwait, menyatakan melihat Bulan dan menetapkan hari Idul Fitri jatuh pada Selasa (4/6). Sementara Bulan tidak terlihat di Indonesia, sehingga Kementerian Agama pada Sidang Itsbat Senin lalu menetapkan Idul Fitri jatuh pada Rabu (5/6).
Sumber Berita Kabar Hoax soal Saudi Bayar Kafarat karena Salah Lihat Hilal: Kumparan.com