Baca Ini, Apa Sanggup Kita Boikot Produk Israel dan Amerika?
Sudah sejak lama seruan boikot produk Israel dan Amerika Serikat dikampanyekan keras-keras oleh para aktivis anti-Israel di berbagai belahan dunia. Seruan ini juga pernah dibahas dalam forum Gerakan Non-Blok di Iran pada Agustus 2012.
Bahkan ulama asal Mesir Dr. Yusuf Qaradawi di tahun 2000 pernah mengeluarkan fatwa haram bagi orang Islam untuk membeli produk-produk Israel.
Menurutnya setiap uang yang dibelanjakan untuk membeli produk Amerika atau Israel akan dengan cepat menjadi peluru-peluru yang membunuh anak-anak Palestina.
“Untuk alasan ini, menjadi sebuah kewajiban agar tidak menolong mereka (Israel dan Amerika) dengan membeli produknya. Membeli barang mereka berarti mendukung tirani, penindasan, dan agresi,” kata Qaradawi.
Seruan boikot ini sekarang kembali nyaring setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
“Saya telah menetapkan bahwa sekarang saatnya untuk secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel,” kata Trump di Gedung Putih seperti dikutip dari Associated Press (AP), Kamis (7/12).
Pernyataan kontroversial Trump itu membuat kampanye boikot produk Israel juga nyaring terdengar di Indonesia, khususnya dalam aksi bela Palestina di Monas Minggu (17/12).
Produk Amerika dan Israel telah menguasai pasar dunia, mulai dari produk rumah tangga, alat kecantikan, barang elektronik, restoran cepat saji, hingga aplikasi perangkat lunak.
Sebut saja perusahaan multi nasional penyedia produk rumah tangga seperti Procter & Gamble (P&G). Perusahaan yang berbasis di Ohio Amerika Serikat ini menginvestasikan jumlah yang sangat besar untuk Israel.
Produknya seperti sampo, sabun, detergen, pewangi ruangan, pasta gigi, dan berbagai produk perawatan tubuh dan rumah tangga telah menginvasi seluruh dunia kecuali Korea Utara.
Deretan produknya yang populer di Indonesia adalah Downie, Head and Shoulders, Rejoice, Pantene, Oral-B, Gilette, Olay dan popok bayi merek Pampers.
P&G masuk ke Indonesia dan menjadi PT Procter & Gamble Home Products Indonesia tahun 1979. P&G langsung menjadi pesaing serius bagi Unilever yang telah masuk Indonesia sejak 1933.
Di tahun 2013 bisnis.com melaporkan sejak P&G masuk Indonesia pasar Unilever tergerus hingga 32%.
Jika produk P&G diboikot, ini juga bisa berarti sebuah kemenangan untuk Unilever. Unilever merupakan perusahaan asal Belanda yang telah bersaing dengan P&G di seluruh pasar dunia.
Dari produk elektronik yang bisa jadi masuk kategori boikot adalah perusahaan Hewlett-Packard atau HP.
Alasanya adalah perusahaan teknologi informasi multinasional ini berasal dari Amerika Serikat dan memiliki anak perusahaan HP Indigo Division yang bermarkas di Israel.
Perusahaan ini telah mengekspansi pasar dunia dengan produk-produknya seperti komputer, printer, laptop, dan notebook.
Perusahaan IT dan perangkat lunak banyak yang berasal dari Amerika dan Israel sebut saja Intel Corp., Nokia, Dell inc., dan Motorola. Termasuk perusahaan raksasa Microsoft (Windows) dan Apple (Mac, I-Pod, I-Phone).
Produk Amerika dan Israel bukan hanya mempengaruhi pasar bisnis dunia, tapi juga sudah begitu melekat pada kebiasaan masyarakat.
Kebiasaan menggunakan gadget dan internet sepertinya harus segera dihilangkan jika kita memutuskan untuk memboikot seluruh produk-produk asal Amerika dan Israel.
Ucapkan selamat tinggal pada mesin pencari yang tahu segalanya, Google. Maka akademisi yang biasa menggunakan Google Scholar harus kembali ke mencari hardcopy.
Dampaknya jika penggunaan Google ikut diboikot bisa sampai kepada para pengendara angkutan online yang menggantungkan rute pada google maps.
Dan aplikasi GPS lainnya yakni Waze adalah perusahaan yang berasal dari Israel. Aplikasi yang awalnya bernama FreeMap-Israel ini didanai oleh pemodal asal Israel.
Kecemerlangan Waze ditandai dengan raihan penghargaan Best Oveall App di Mobile World Congress 2013 mengalahkan Dropbox dan Flipboard.
Juga bersiap untuk terbiasa menjalani hari-hari tanpa teman di Facebook, tidak bisa melihat cuitan Donald Trump di Twitter, ataupun berbagi foto di Instagram. Karena semuanya produk Amerika.
Meninggalkan gaya hidup berselancar di media sosial tidak semudah mengganti produk detergent ataupun mengganti merek sampo.
Tanpa Facebook, Instagram, dan Twitter akan ada banyak orang yang kehilangan sebagian besar pendapatannya. Misalnya penjual yang kehilangan pembelinya atau selebgram yang kehilangan para penggemarnya.
Dan jangan ketinggalan applikasi pesan Whatsapps yang kini digunakan oleh 1 miliar orang setiap harinya adalah hasil rancangan Amerika.
Whatsapp Inc. yang bermarkas di California Amerika Serikat ini digunakan miliaran orang sebagai pengganti pesan singkat SMS.
Whatsapp mampu menyelusup ke sendi-sendi kehidupan masyarakat sehingga menjadikannya aplikasi yang sulit tergantikan.
Sulit bukan berarti tidak mungkin karena masih ada Line, aplikasi dari negeri sakura yang menawarkan fitu kurang lebih sama canggih dengan Whatsapp.
Tapi sialnya, sistem aplikasi penyokong Line semuanya produk Amerika, iOS, Android, Windows Phone, BalckBerry, Microsoft Windows, Mac OS X, Nokia Asha, maupun Firefox OS. Dan itu berarti semua tipe smartphone yang menggunakan sistem aplikasi ini harus ikut ditinggalkan.
Produk-produk di atas hanya beberapa contoh dari deretan produk Israel dan Amerika yang telah menguasai dunia.
Ada restoran cepat saji seperti KFC, MC Donals, Burger King, A&W, Pizza Hut, dan Starbucks. Mobil-mobil produk perusahaan Amerika seperti Ford, Hummer, ataupun Chevrolet.
Anak-anak juga harus mulai mengurungkan niat untuk menonton film-film karya Disney atau Warner Bros.
Jika boikot produk Israel juga berarti tidak bekerja untuk perusahaan mereka, maka ribuan orang harus mencari pekerjaan baru atau memulai berwirausaha mungkin.
https://www.facebook.com/leonid.beyugelman/videos/929574590553437/
Belum lagi Jepang mendukung Israel , mau juga boikot produk Jepang ? Anda sanggup ?
Baca juga : Aksi Bela Palestina, dari Minta Kirim TNI ke Gaza Hingga Boikot Amerika
Sumber berita Baca Ini, Apa Sanggup Kita Boikot Produk Israel dan Amerika? : kumparan.com